Selasa, 13 November 2007

Etika

Sharing Buku : Etika Kristen

Pilihan dan Isu
Norman L. Geisler

Di dalam kehidupan kita banyak menjumpai persoalan-persoalan etika. Kalau persoalan itu jelas benar atau salah, kita dengan mudah dapat membuat keputusan. Tetapi kalau keputusan menyangkut banyak hal yang rumit dan semua pilihan mempunyai resiko etis, maka kita pasti kebingungan bagaimana mengambil keputusan. Contoh klasik adalah: bagaimana dengan berbohong untuk kebaikan; Berbohong untuk menyelamatkan nyawa banyak orang; Aborsi untuk menyelamatkan nyawa ibu; Membunuh pada saat perang?

Dengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.

Bab 1 Pilihan-pilihan yang Ada
Bab 1 membahas tentang pilihan-pilihan yang ada.
Di bab ini dijelaskan tentang banyak definisi umum mengenai etika:
1. Keadilan adalah demi kepentingan kelompok yang lebih kuat.
2. Moral adalah adat istiadat, apa yang secara moral benar adalah apa yang dikatakan masyarakat sebagai yang benar.
3. Manusia adalah tolak ukur segala sesuatu.
4. Umat manusia merupakan dasar kebenaran.
5. Kebenaran adalah keseimbangan.
6. Kebenaran adalah apa yang membawa kenikmatan.
7. Kebenaran adalah kebaikan yang terbesar bagi orang banyak.
8. Kebenaran adalah apa yang dikehendaki untuk kebaikannya sendiri.
9. Kebenaran tidak dapat ditentukan.
10. Kebaikan adalah apa yang dikehendaki Allah.

Pandangan Kristen mengenai etika:
1. Etika Kristen berdasarkan kehendak Allah.
2. Etika Kristen bersifat mutlak.
3. Etika Kristen berdasarkan wahyu Allah.
4. Etika Kristen bersifat menentukan.
5. Etika Kristen itu Deontologis.

Pada umumnya, sistem-sistem etika masuk ke dalam 2 kategori: non-absolutisme dan absolutisme. Dalam kategori non-absolutisme, ada antinomianisme (bab 2), situasionisme (bab 3), dan generalisme (bab 4). Untuk kategori absolutisme, ada absolutisme total (bab 5), absolutisme konflik/bertentangan (bab 6), dan absolutisme bertingkat (bab 7).

Bab 2 Antiniomianisme
Antinomianisme berarti tidak ada hukum moral yang mengikat, segala sesuatu itu bersifat relatif.
Di sini dijelaskan antonimianisme dalam dunia kuno, abad pertengahan, dunia modern dan sekarang. Bab ini menjelaskan keyakinan, kontribusi positif dan kritik terhadap antinomianisme.

Bab 3 Situasionisme
Situasionisme mengklaim berpihak pada satu norma yang tidak bisa dipatahkan. Norma itu adalah hukum kasih. Posisinya bukan relativisme tanpa hukum yang berkata tidak ada hukum apapun, demikian pula bukan absolutisme total yang mempunyai hukum untuk segala sesuatu.
Bab ini menjelaskan mengenai situasionisme, berikut kekurangan dan manfaatnya.

Bab 4 Generalisme
Penganut generalisme percaya pada nilai dari hukum-hukum etis untuk membantu individu-individu menentukan tindakan yang mana yang mungkin membawa kebaikan terbesar untuk jumlah terbanyak dari manusia. Mereka bukanlah orang-orang absolutis, karena mereka biasanya menolak bahwa secara universal ada norma-norma etis yang mengikat, yang mewakili nilai-nilai intrinsik.
Penganut generalisme banyak dari kaum utilitarian. Bab ini menjelaskan mengenai utilitarian kuantitatif, utilitarian kualitatif, peraturan-peraturan umum dan ketaatan universal, menyatakan tidak ada peraturan-peraturan umum yang harus dilanggar. Disajikan pula evaluasi terhadap generalisme.

Bab 5 Absolutisme Total
Alasan dasar dari absolutisme total adalah bahwa seluruh konflik moral itu hanya kelihatannya saja konflik, tetapi sebenarnya tidak konflik. Dosa selalu dapat dihindarkan. Ada hukum-hukum moral yang mutlak, tidak ada pengecualian-pengecualian.
Bab ini menjelaskan absolutisme total Santo Augustine, absolutisme total Kant, absolutisme total John Murray, providensia Allah. Kemudian dijelaskan akan aspek-aspek positif maupun negatif dari absolutisme total.

Bab 6 Absolutisme Konflik
Asumsi pokok dari sikap etis absolutisme konflik adalah bahwa kita hidup di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, dan dalam dunia seperti itu konflik-konflik moral yang nyata memang terjadi. Tetapi dasar pikiran yang menyertai adalah bahwa ketika dua kewajiban bertentangan (menjadi konflik), secara moral manusia bertanggung jawab terhadap keduanya. Dalam kasus-kasus seperti itu, seseorang harus benar-benar melakukan yang kurang jahat, mengakui dosanya, dan memohon pengampunan Allah.
Bab ini menjelaskan latar belakang sejarah, prinsip dasar, kontribusi positif, dan kritik dari absolutisme konflik.

Bab 7 Absolutisme Bertingkat
Absolutisme bertingkat melihat ada suatu hirarki dari kebaikan, bahwa kewajiban-kewajiban moral kadang bertentangan, dan bahwa kita tidak bersalah karena menaati kewajiban yang lebih tinggi.
Bab ini menjelaskan unsur-unsur dasar, uraian, keberatan, dan nilai dari absolutisme bertingkat.

Bab 8 Aborsi
Sekarang kita beralih dari pilihan-pilihan etis kepada masalah-masalah etis. Dari semua masalah moral, masalah yang paling mendesak adalah masalah-masalah yang melibatkan kehidupan dan kematian. Dan dari masalah tentang kehidupan dan kematian tersebut, satu yang berhubungan dengan kehidupan adalah masalah aborsi. Kita akan menyelidiki kapan, sekiranya mungkin, kita dibenarkan mengakhiri satu kehidupan yang ada dalam kandungan.
Ada 3 sikap dasar mengenai aborsi yang berpusat pada status janin:
a. Mereka yang percaya bahwa janin hanyalah bagian tubuh manusia, lebih cenderung memperbolehkan aborsi sesuai permintaan.
b. Mereka yang berpendapat bahwa janin itu benar-benar manusia, menentang aborsi.
c. Mereka yang berpendapat bahwa janin itu berpotensi menjadi manusia, cenderung mendukung aborsi dalam situasi tertentu saja.

Bab ini menjelaskan argumentasi Alkitab dan evaluasi mengenai 3 sikap dasar di atas.

Bab 9 Euthanasia
Apa yang harus kita lakukan terhadap seseorang yang tidak memiliki harapan, dimana ia terjebak di dalam sebuah pesawat terbang yang terbakar, yang memohon agar dia ditembak?
Atau ada orang mempunyai penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan dia dipertahankan untuk tetap hidup hanya dengan mesin. Jika sambungan pipanya dicabut dia hanya seperti tumbuh-tumbuhan.
Situasi seperti ini dan banyak situasi yang serupa memfokuskan masalah etis yang tidak dapat dipisahkan dengan euthanasia. Kapan, apabila memang akan dilakukan, "membunuh berdasarkan belas kasihan" dibenarkan secara moral?
Bab ini menjelaskan euthanasia aktif (mencabut kehidupan untuk menghindari penderitaan), berikut evaluasinya. Disusul kemudian dengan euthanasia pasif yang tidak wajar dan wajar, kemudian evaluasinya.

Bab 10 Isu-isu Biomedis
Teknologi telah menciptakan masalah-masalah etis yang baru. Inseminasi buatan, bayi tabung, ibu yang dipinjam kandungan dan tubuhnya, transplantasi organ, pengambilan organ, penyambungan gen dan kloning, semuanya merupakan realitas-realitas medis. Tidak ada lagi pertanyaan apakah hal-hal tersebut dapat dilakukan, hanya ada pertanyaan, yaitu: Apakah hal-hal itu harus dilakukan?
Bab ini menjelaskan perspektif humanis sekuler dan evaluasinya, dilanjutkan dengan penjelasan perspektif Kristen mengenai etika-etika biomedis dan evaluasinya.

Bab 11 Hukuman Mati
Ada 3 pandangan dasar mengenai hukuman mati:
a. Rekonstruksionisme, yang menuntut hukuman mati untuk semua kejahatan-kejahatan serius.
b. Rehabilitasionisme, yang tidak akan mengijinkan hukuman mati untuk kejahatan apapun juga.
c. Retribusionisme, yang menganjurkan kematian untuk beberapa kejahatan-kejahatan besar.

Bab ini membahas argumentasi Alkitab dan evaluasi terhadap ketiga pandangan ini.

Bab 12 Perang
Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap perang? Apakah dibenarkan mengambil nyawa orang lain atas perintah pemerintah? Apakah ada dasar alkitabiah bila ikut serta dalam peperangan?
Secara mendasar, pandangan-pandangan yang berkaitan dengan mengambil nyawa orang dalam perang ada dalam 3 kategori:
a. Aktivisme, yang berpendapat bahwa orang Kristen harus berpartisipasi dalam perang apapun juga yang dihadapi oleh pemerintahnya, karena pemerintahan dilantik oleh Allah.
b. Pasifisme, yang berpendapat bahwa orang-orang Kristen tidak boleh berpartisipasi dalam perang sampai pada poin membunuh orang lain, karena Allah telah memerintahkan agar manusia tidak boleh mengambil nyawa orang lain.
c. Selektivisme, yang memperdebatkan bahwa orang-orang Kristen harus berpartisipasi dalam beberapa perang tertentu (maksudnya benar-benar perang).

Bab ini membahas argumentasi Alkitab dan evaluasi mengenai ketiga kategori di atas.

Bab 13 Ketidaktaatan terhadap Pemerintah
Apakah orang Kristen boleh, pada situasi tertentu, tidak mentaati pemerintah? Jika ya, kapan? Jika tidak, mengapa tidak? Apakah benar memberontak terhadap pemerintahan yang tidak adil atau membunuh seorang pemimpin yang kejam?
Ada 3 posisi dasar mengenai ketidaktaatan terhadap pemerintah:
a. Anarkis, berpendapat selalu benar untuk tidak taat terhadap pemerintah.
b. Radikal patriotisme, tidak pernah benar untuk tidak taat terhadap pemerintah.
c. Submisionisme alkitabiah, kadangkala benar untuk tidak taat terhadap pemerintah.

Karena pandangan yang pertama (a) meniadakan pembenaran Kristen manapun juga, perhatian kita akan terfokus pada dua pandangan terakhir.
Selain dukungan Alkitab dan evaluasi mengenai 2 pandangan terakhir, bab ini juga menjelaskan mengenai revolusi (pemberontakan terakhir melawan pemerintah), bagaimana menghadapi penindasan, dan satu evaluasi tentang pandangan yang menolak pemberontakan.

Bab 14 Homoseksualitas
Sementara sebagian besar orang Kristen sangat menentang praktek-praktek homoseksual, beberapa orang membela mereka dengan argumentasi-argumentasi alkitabiah maupun yang bukan alkitabiah.
Kedua macam dukungan tersebut akan diselidiki dan dievaluasi di sini.

Bab 15 Pernikahan dan Perceraian
Pernikahan adalah unit masyarakat yang paling dasar dan berpengaruh di dunia. Adalah sulit untuk menaksir terlalu tinggi pentingnya pernikahan, tetapi setiap tahun di Amerika Serikat perceraian terjadi kira-kira separuh dari pernikahan yang ada. Mengingat hal ini, adalah perlu bagi kita untuk mempertimbangkan dasar alkitabiah bagi pernikahan dan perceraian.
Bab ini membahas pandangan Alkitab mengenai pernikahan, beberapa pandangan Kristen mengenai perceraian, dan evaluasi dari pandangan-pandangan Kristen mengenai perceraian.

Bab 16 Ekologi
Setiap tahun hutan tropis seluas Skotlandia dihancurkan di planet yang bernama Bumi. Mengacu pada penebangan hutan, sebanyak satu juta spesies tumbuhan dan hewan dapat punah di akhir abad ini.
Limbah-limbah kimia telah masuk ke dalam rantai makanan dan diketemukan di dalam lemak tubuh manusia.
Mengingat situasi ekologi yang membahayakan ini, bagaimanakah tanggung jawab etis orang Kristen terhadap lingkungan fisik di mana kita hidup? Apakah implikasi-implikasi moral dari polusi yang menghancurkan flora dan fauna? Adakah kebutuhan etis untuk menjaga air dan udara supaya tetap murni?
Di antara 2 ekstrim, yaitu paham materialis yang menghabiskan alam dan paham panteis yang memuja-muja alam, orang Kristen mempercayai penghargaan dan penggunaan sumber alam yang tepat.
Bab ini membahas pandangan materialistik mengenai lingkungan, pandangan panteistik mengenai lingkungan, dan pandangan Kristen mengenai lingkungan.


Judul asli: Christian Ethics: Options and Issues
Judul terjemahan: Etika Kristen: Pilihan dan Isu
Tebal buku: 409 halaman
Harga: Sekitar Rp50.000,-
Penerbit (Bahasa Indonesia):
Departemen Literatur SAAT
Jalan Arief Margono 18
Malang 65117
Telp. (0341) 325056, 366025
Norman L. Geisler adalah seorang profesor dalam bidang apologetika di Dallas Theological Seminary dan sekarang menjabat sebagai dekan dari The Liberty Center for Christian Scholarship di Liberty University.
Beliau telah menulis lebih dari 25 buku, termasuk Introduction to Philosphy, Philosophy of Religion, Christian Aplogetics dan Miracles dan Modern Thought. Beliau juga memperoleh gelar Ph.D dari Loyola University.

Senin, 05 November 2007

Baptisan AIR, adakah yang lebih tepat? (Elm's articles)

Artikel : Baptisan Air dan kebenaran
penulis : Rollie Igir (Founder Elminity Ministry)


Baptisan air merupakan hal yang sering diperdebatkan.dan sampai saat ini banyak gerakan-gerakan yang begitu ngotot membenarkan model pembaptisan mereka. apakah ada cara baptisan yang lebih tepat?
memahami baptisan secara praktis memerlukan peninjauan secara praktis mengenai pengalaman-pengalaman tertentu didalam Alkitab tentang pernyataan-pernyataan Firman Tuhan tentang apa fungsi baptisan. jika tidak maka pemahaman kita tentang baptisan akan menjadi kacau balau dan semakin membuat orang lain bingung dan semakin membenarkan cara pembaptisan yang kita pake.

mari kita perhatikan terlebih dahulu apa istilah atau pengerian baptisan.

1.Pengertian Baptisan

Dalam bahasa yunani, kata 'Bapto' artinya bisa 'mencelupkan di dalam atau dibawah' atau bisa juga berarti mencelupkan bahan-bahan untuk memberi warna baru, sedangkan `'Baptizo' bisa berarti 'membenamkan', 'menenggelamkan' atau 'membinasakan.' Tetapi, baptizo juga bisa berarti 'masuk dibawah' atau 'dipengaruhi', dan dalam suasana helenisme juga diartikan sebagai 'mandi' atau 'mencuci.'
Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, ada istilah 'Baptein' dalam LXX yang dalam bahasa Indonesianya adalah 'mencelupkan kakinya ke dalam air' (Yos.3:15), 'mencelupkan jari ke dalam darah itu' (Im.4:6,17), 'dimasukkan ke dalam air' (Im.11:32), dan Naaman 'membenamkan diri' ke sungai Yordan (2Raj.5:14).(dikutif dari artikel www.yabina.org)

Dalam PL, adat basuhan menunjukkan ritus 'penyucian' atau 'pengudusan', dan basuhan itu bukan lambang melainkan alat pengudusan itu sendiri. Jadi air itu dianggap mempunyai kekuatan magis untuk 'penyucian' sehingga seperti dalam kasus Naaman harus dilakukan sampai tujuh kali.(dikutip dari www.yabina.org)

istilah `dimasukkan,ditenggelamkan memang dapat memberi pengertian dari istilah baptisan. namun hal ini telah ditafsirkan oleh beberapa gerakan-gerakan baptisan selam sebagai bukti bahwa baptisan selam kedalam air lebih tepat atau lebih benar dan sah untuk melakukan upacara pembaptisan. benarkah?

hal tersebut hanyalah penafsiran yang tidak tiliti akan makna ditenggelamkan atau makna di masukan. apakah yang dimaksudkan dari ditenggelamkan atau dimasukkan kedalam air adalah mutlak kedalam air? apakah karna makna atau pengertian kata baptisan dari kata baptizo yang berarti dimasukan, maka itu berarti upacara pembaptisan adalah masukkan kedalam air?

mari kita lihat terlebih dahulu apa pengertian baptisan berdasarkan Elemen-elemen yang dipakai untuk memperoleh suatu hal yang berhubungan dengan baptisan.

2. Makna Baptisan berhubungan dengan Elemen apa yang dipakai sesuai dengan pengertian tentang baptisan itu sendiri yang berarti di masukan.

a. Pengertian makna Baptisan dari baptisan Yohanes.

Yohanes pembaptis membaptis orang-orang pada saat itu dengan menggunakan air. berhubungan dengan pengertian baptisan yang bisa berarti dimasukan, dimasukkan dibawah dll walaupun belum jelas apakah pengertian baptisan yang dilakukan Yohanes pembaptis adalah menenggelamkan, atau dimasukkan kedalam air secara utuh atau tidak. karena istilah keluar dari air bisa berarti dari `area` air. tapi kita tidak membahas tentang hal tersebut.
yang kita bahas adalah bahwa baptisan yang dilakukan Yohanes adalah baptisan memasukan (Baptizo) seseorang kedalam pengalaman tanda pertobatan atau lambang pertobatan dengan menggunakan air. apakah itu proses menenggelamkan atau mencuci bukan menjadi permasalahan baptisan Yohanes karena yang menjadi permasalahan adalah untuk apa mereka dibaptis dan menggunakan apa mereka dibaptis. dalam hal ini Elemen baptisan yang dilakukan Yohanes adalam Air yaitu dimasukan kedalam air atau dicuci dengan air sebagai lambang pertobatan. jikalau baptisan Yohanes menggunakan cara dimasukkan kedalam air itupun suatu pengalaman yang memasukkan kedalam air sebagai lambang pertobatan. sekali lagi Air hanya merupakan elemen yang dipakai Yohanes dalam melaksanakan upacara pembaptisan. apabila pengalaman yang digunakan oleh Yohanes pembaptis dalam membaptis menurut pengertian dimasukan kedalam air maka kalimatnya akan menjadi seprti ini " aku (membaptis/memasukkan)kamu kedalam Air sebagai tanda pertobatan..."(MAT.3:11) perhatikan bahwa Yohanes menggunakan air `mungkin` dengan cara dimasukan didalam air sebagai tanda pertobatan.tetapi pengertiannya tetap dimasukkan kedalam air sebagai lambang pertobatan. namun apakah pengalaman ini yang memiliki istilah dimasukan kedalam air adalah sama dengan perintah Tuhan Yesus kepada murid-muridnya pada saat pernyataan amanat agung dimana perintah baptisa berhubungan dengan pengalaman yang dilakukan oleh Yohanes yang berarti di masukan `kedalam AIR`???...
hal ini akan dibahas pada poin yang terakhir karena kita akan melihat makna baptisan yang lain sesuai dengan elemen yang di pakai. apakah sama dengan baptisan Yohanes?

b. Pengertian makna baptisan dari baptisan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (baptisan Roh dan api)

Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.LUKAS 3:16

perhatikan hal ini dengan baik. Yohanes membaptis (memasukan) kedalam AIR sebagai lambang pertobatan.
bagaimana dengan baptisan Roh dan api.
Yesus Membaptis (memasukkan) seseorang kedalam ROH bukan air. dan istilah Api lebih mengarah kepada penyucian sehingga Yesus membaptis (memasukkan) seseorang kedalam pengalaman penyucian yang dilambangkan dengan API.
apakah ada perbedaan istilah baptisan yang berarti `dimasukkan kedalam` atau dicuci dengan` dari pengalaman Yohanes pembatis dengan pengalaman baptisan ayang dilakukan oleh Yesus Kristus? jawabannya `tidak` sebab baptisan Yohanes mungkin dimasukkan kedalam Air atau di cuci dengan air. namun Baptisan yang dilakukan oleh Yesus adalah dengan memasukan seseorang didalam Roh bukan air. jadi istilah baptisan Yohanes sudah berbeda jauh dengan istilah baptisan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Yohanes membabtis (memasukan) seseorang kedalam air sedangkan Yesus membaptis (memasukan) seseorang kedalam unsur Spiritualitas dan penyucian.
bagaimana dengan baptisan yang harus dijalankan oleh orang percaya pada masa perjanjian baru? apakah seperti pengalaman baptisan yang dilakukan Yohanes pembaptis, dimana membaptis (memasukkan) seseorang kedalam air, ataukah kedalam apa..?

c. Pengertian makna baptisan pada saat amanat Agung Yesus Kristus kepada murid-muridnya.

apakah makna baptisan yang diperintahkan Yesus kepada murid-muridnya mengarah mutlak kepada Elemen air dan pengalaman dimasukkan kedalam air? seperti yang dilakukan Yohanes?

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,Mat.28:19

jikalau Yohanes pembaptis membaptis dengan menggunakan air yang berarti dimasukan kedalam air sebagai lambang pertobatan. dan Yesus membaptis dengan menggunakan Roh dan Api sebagai lambang penyucian dengan cara memasukan seseorang kedalam Roh dan dalam penyucian.
maka, istilah yang ada didalam Matius 28:19 menyatakan "Baptislah (memasukan) mereka kedalam..." sangat berbeda dengan istilah pembaptisan Yohanes yaitu Membaptis (memasukkan) seseorang kedalam air.
jikalau Yohanes membaptis (memasukan) seseorang kedalam air. maka, perintah baptisan mengenai baptislah mereka dalam `nama Bapa dan Anak dan Roh kudus adalah membaptis (memasukkan) seseorang/mereka ~kedalam~ nama Bapa dan Anak dan Roh kudus..bukan makna kedalam air (walaupun lebih baik menggunakan air sebagai wadah pembaptisan) tetapi Elemen pembaptisan bukanlah mengarah kepada Air melainkan kepada atau kedalam nama Bapa dan Anak dan Rohkudus. lihat perbedaannya sangat jelas. Yohanes memasukan atau mencuci seseorang dengan menggunakan air maka Baptisan amanat agung adalah baptisan memasukkan seseorang bukan makna kedalam air melainkan memasukkan seseorang kedalam nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

ada juga istilah baptisan yang terjadi di zaman perjanjian lama yang dinyatakan melalui Rasul paulus.

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.1 korintus 10:1,2

istilah membaptis dalam awan dan dalam laut. bukan berarti mereka dibaptis atau dimasukkan kedalam awan atau dalam laut. ini berarti istilah baptisan tidak harus memiliki pengertian dimasukkan atau ditenggelamkan. jika itu pengertian mutlak maka apa yang terjadi pada saat bangsa israel sedang melintasi laut teberau dan langsung dimasukkan atau ditenggelamkan kedalam lau? saya yakin anda dapat menganalisanya.

ini berarti istilah baptisa begita banyak pengertian yang sangat mendalam.

kesimpulan.

1. baptisan air. tidak ada hubungan mutlak harus didalam air. karena bisa didalam air, bisa didalam Roh bisa didalam nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus sebagai lambang pemetraian nama Allah kepada seseorang. karena jika harus didalam air maka apa yang terjadi dengan bangsa Israel pada saat melintasi laut teberau?
2. kenapa disebut baptisan air? karena air dijadikan suatu wadah yang dipakai dalam upacara pembaptisan. apakah bisa menggunakan wadah lain selain air? jawabannya adalah wadah tidak menjadi hal yang mutlak. Air digunakan karena melambangkan Roh Kudus.
3. Baptisan Yohanes, Baptisan yang dilakukan Yesus, dan Baptisan amanat agung (baptisan orang percaya/gereja) memiliki elemen elemen yang berbeda.
baptisa Yohanes menggunakan Elemen Air dengan wadah air sebagai lambang pertobatan.
baptisan yang dilakukan Yesus menggunakan Elemen Roh dan api dengan Wadah Roh dan Api.sebagai pengalaman penyatuan Gereja atau Tubuh Kristus dan penyucian.
Baptisan Amanat agung / orang percaya menggunakan Elemen Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. sebagai lambang pemetraian nama Allah Bapa dan Allah anak dan Allah Roh Kudus.


bagaimana dengan baptisan Bayi?
hal ini akan dibahas pada artikel yang lain.

Makin Mengenal Allah

Sharing Buku : Ready To Grow - Langkah-langkah Praktis Untuk Makin Mengenal Allah


Langkah-langkah praktis untuk makin mengenal Allah

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
(Mzm. 1:1-3)

Pernahkan Anda memperhatikan sebatang pohon secara keseluruhan? Pernahkan Anda bertanya-tanya bagaimana cara pohon itu bertahan hidup, terutama di tengah teriknya musim panas? Pohon-pohon tumbuh hampir secara ajaib karena adanya sumber makanan yang tersembunyi.
Inilah tema pasal pertama Mazmur, dan inilah alasan penulisan buku ini. Kebanyakan orang Kristen ingin mendapatkan rahasia untuk bertahan hidup. Tidak ada seorangpun dari kita yang ingin gagal saat berada di bawah tekanan yang berat, atau kehilangan iman dan keyakinan akan Allah saat keadaan menjadi sulit.
Penulis Mazmur 1 menggambarkan sebatang pohon dengan daun-daunnya yang hijau dan buahnya yang banyak. Rahasia kehidupannya adalah aliran air di dekatnya. Penulis itu juga menggambarkan orang-orang yang tetap hidup dan bertumbuh, bahkan saat angin kering bertiup. Rahasia kehidupan orang-orang ini adalah kebiasaan mereka untuk mencari makan dari Firman Allah. Buku ini bertujuan untuk menolong kita membangun aspek terpenting dalam hidup kita, yaitu pertemuan teratur dengan Allah melalui Alkitab dan doa.

Bab 1 Membangun Hubungan dengan Allah
Bab ini membahas pentingnya menyisihkan waktu khusus untuk memusatkan diri kepada Allah.
Tujuan sebenarnya dari keberadaan kita di dunia - secara sederhana - adalah mencari Allah, kemudian menemukan Dia; menemukan Dia dan mengasihi-Nya.
Tuhan Yesus sendiri berkata: Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yoh. 17:3)
Generasi demi generasi umat Kristen telah menganggap prinsip meluangkan waktu untuk bersekutu dengan Allah sebagai sesuatu yang penting, menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Mereka menyadari, bertemu secara pribadi dengan Allah adalah faktor penting dalam pertumbuhan rohani mereka. Alkitab juga mencatat nama-nama dari banyak orang yang telah mengikuti prinsip ini, antara lain: Daniel (Dan. 6:11), Daud (Mzm. 55:18), Petrus (Kis. 10:9), Paulus (2Tim. 1:3), dan Tuhan Yesus sendiri (Mrk. 1:35).

Bab 2 Siap untuk Memulai
Bab ini memaparkan unsur-unsur penting yang perlu ada dalam waktu khusus tersebut.
Allah tahu apa yang terbaik bagi kita, walaupun kita tidak mengerti ke mana Ia akan membawa kita. Di sini dijelaskan bagaimana kita harus terbuka akan apa yang ingin Allah katakan kepada kita, dan akan respons kita kepada-Nya.
Bab ini menjelaskan bagaimana kita perlu memilih waktu ketika kita sadar sepenuhnya, kemungkinan besar tidak akan terganggu, dan bisa menyisihkan kebutuhan mendesak yang lain. Kualitas waktu yang kita lewatkan bersama Allah lebih penting daripada kuantitasnya. Kita harus juga kreatif dalam menyediakan waktu pribadi dengan Allah. Kita juga perlu menemukan tempat di mana kita dapat memusatkan diri kepada Allah.
Di sini dijelaskan pola 4 langkah untuk menolong kita memulai:
1. Mempersiapkan diri.
2. Membaca.
3. Menggali.
4. Memberikan respons.

Bab 3 Menyiapkan Diri untuk Bertemu dengan Allah
Sangat penting untuk mempersiapkan diri kita untuk bertemu dengan Allah karena semakin kita berusaha, kita akan semakin banyak menerima. Walaupun Allah selalu bersama-sama dengan kita, persepsi kita akan kehadiran-Nya akan makin meningkat saat kita menyediakan suatu waktu khusus untuk bersama-sama dengan Dia.
Di bab 3 ini dijelaskan, antara lain:
- Waktu kita bersama dengan Allah dalam konteks hidup kita.
- Bagaimana memusatkan perhatian kepada Allah.
- Menangani gangguan-gangguan.

Bab 4 Membaca Alkitab
Cara Allah berbicara kepada kita yang paling utama adalah melalui Alkitab. Alkitab adalah kunci pertumbuhan orang Kristen.
Di bab 4 ini ada penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sering kita ajukan, antara lain:
- Untuk memulainya, bagian Alkitab manakah yang saya baca?
- Berapa banyak yang harus saya baca setiap hari?
- Bagaimana cara membacanya?

Bab 5 Menggali Alkitab dan Hidup Anda
Setelah membaca salah satu bagian Alkitab, kita berharap itu mempunyai dampak dalam kehidupan kita.
Di bab ini dijelaskan, antara lain:
- Bagaimana kita bekerja sama dengan Roh Kudus, yang bekerja di dalam kita.
- Bagaimana memakai pikiran dan perasaan kita.
- Bagaimana mengaitkan Alkitab dengan kehidupan kita sehari-hari.
- Bagaimana mengenali filter-filter, yang berasal dari latar belakang personal dan sosial kita.

Bab 6 Berespons kepada Allah
Menggali Alkitab bisa menantang kita dan menyenangkan, tetapi jika tidak mengijinkan hidup kita dipengaruhi olehnya, maka tidak akan banyak manfaatnya. Refleksi harus diikuti dengan respons.
Dua aspek penting bagi orang-orang Kristen yang ingin berespons kepada Allah adalah: doa dan langkah-langkah tindakan praktis.
Mengenai respons kepada Allah dalam doa dijelaskan, antara lain:
- Apa itu doa.
- Bagaimana mengembangkan kemampuan kita untuk berdoa.
- Bagaimana kita dapat berdoa untuk orang lain.
- Materi-materi untuk berdoa.
Mengenai respons kepada Allah dalam tindakan praktis dijelaskan, antara lain:
- Bagaimana Alkitab menolong kita untuk berubah.
- Bidang-bidang tempat Allah dapat menolong kita berubah.
- Bagaimana meletakkan perasaan kita di tempat yang benar.
- Bagaimana belajar mengenali hadirat Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Bab 7 Membagikan Penemuan-penemuan Anda
Sampai bab 6, kita telah berkonsentrasi untuk membangun pertemuan pribadi secara teratur dengan Allah. Tetapi yang sama pentingnya dengan itu, tidak seorangpun dari kita hidup terisolasi dari orang lain. Kita semua adalah anggota keluarga, kota, bangsa, bahkan masyarakat internasional. Allah memanggil kita untuk bersaksi tentang hubungan kita dengan Dia kepada orang-orang dalam komunitas itu; melalui kata-kata, sikap, dan tindakan kita. Kita juga membutuhkan rekan-rekan seiman agar bisa bertumbuh.
Dalam bab 7 ini dijelaskan, antara lain:
- Bagaimana berbagi dengan seorang teman.
- Bagaimana menolong orang lain untuk membangun waktu saat teduh mereka.
- Bagaimana menerima pertolongan orang lain.
- Bagaimana mengintegrasikan kehidupan pribadi dan kelompok kecil kita.
- Bagaimana mengintegrasikan pertumbuhan rohani pribadi dengan ibadah bersama.

Bab 8 Mencoba Berbagai Metode
Kita mungkin telah mengembangkan metode untuk membaca Alkitab dan berdoa, namun kita juga dapat memperoleh manfaat dari mencoba pendekatan-pendekatan yang lain. Melalui sesuatu yang berbeda, memberikan ruang untuk melihat berbagai hal dari perspektif yang baru. Untuk menolong kita melakukannya, beberapa cara yang kreatif dibahas di sini, antara lain:
- Metode Kairos.
- Metode 4P: pura-pura, paralel, problem, profit.
- Metode 5T: tanyakan, tekankan, tuliskan, temukan, terapkan.
- Hidup dan berdoa seperti dalam Alkitab, misal seperti: kitab Injil atau Mazmur
- Metode 'ingat kata-kataku'
- Hidup bersama salah satu kitab dari Alkitab.
- Metode krino.
- Tujuh Langkah bersama Allah

Penulis buku adalah Allan Harkness. Allan Harkness telah melayani dalam staf Pembaca Alkitab (Scripture Union) di Selandia Baru. Beberapa tahun belakangan ini beliau telah bekerja di Asia Timur sebagai anggota OMF Internasional. Sekarang beliau adalah seorang pengajar dalam bidang Pendidikan Agama Kristen di Trinity Theological College di Singapura.

Tebal buku 113 halaman
Harga Buku Rp 17.500,-

Untuk mendapatkan buku ini hubungi:
Bagian Penjualan PPA (Persekutuan Pembaca Alkitab)
Jalan Pintu Air No. 7 Blok C-4, Jakarta 10710
Telp. (021) 3442462, 3519742-3
Faks. (021) 3442461
Up.: Ibu Rohana, Sdr. Jefry
Email: ppa@in-christ.net atau p14777ih@indosat.net.id

Allah Turut bekerja dalam segala hal

Renungan ini ditranskrip dan disusun kembali dari seri khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di
Mimbar Gereja Reformed Injili Indonesia di Jakarta


Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan
bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah, (Roma
8:28). Ayat ini tidak pernah kau temukan di dalam buku-buku klasik dari Gerika kuno. Juga
penginterpretasian yang begitu tepat dan akurat, begitu baik dan total seperti ayat ini tidak akan dapat
kau temukan dalam buku-buku Aristotle, Plato, Socrates, Heraclitos, Lucresius, Empedocles, Homer.
Kau tidak mungkin dapat menemukan ayat yang seindah ayat ini di dalam filsafat Descrates,
Kiekegaard, ataupun Kant. Satu-satunya sumber bijaksana yang begitu besar di dalam alam semesta,
yaitu Roh Kudus, mewahyukan kebenaran kepada manusia melalui Rasul-Nya, Paulus, sehingga dia
mengatakan kalimat yang mengandung makna yang amat dalam ini. Paulus menemukan kunci untuk
mengerti segala sesuatu berdasarkan wahyu Tuhan kepada manusia. Kita melihat ayat ini menonjol
sendiri di dalam seluruh Alkitab. Ayat ini sangat unik, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita,
peristiwa yang besar atau yang kecil, yang menyenangkan atau yang menyusahkan, pengalaman yang
pahit atau manis, yang mematikan atau menghidupkan, yang menguntungkan atau merugikan,
mempunyai hubungan satu dengan yang lain, dan Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu, atau Allah
bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan faedah bagi orang yang mengasihi-Nya.
Untuk menterjemahkan ayat ini saja terdapat begitu banyak versi, sebab begitu banyak
kemungkinan menurut bentuk dari bahasa aslinya. Dikatakan di sini kita tahu bahwa Allah turut bekerja
di dalam segala sesuatu; God is working with all things, in everything He works; Allah bekerja di dalam
segala sesuatu atau yang diterjemahkan di sini menjadi 'Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu'.
Terjemahan bahasa Mandarin: di dalam segala sesuatu ada kekuatan yang bekerja bersama untuk
mendatangkan faedah bagi mereka yang mencintai Tuhan. Terjemahan NSV, ayat ini dikaitkan dengan
ayat sebelumnya, bahwa Roh Kuduslah yang turut bekerja di dalam segala sesuatu yang terjadi,
sehingga barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan profit dan kebaikan. Terjemahan bahasa
Indonesia cukup indah, tetapi istilah turut bekerja kurang mencerminkan Allah sebagai inisiator. Allah Sebagai
Inisiator
Because all things work together for good to those who love God. And God is working within all
things; Allah ikut bekerja dalam segala sesuatu. Allah bekerja untuk mengatur segala sesuatu. Dia bukan
hanya ikut-ikutan bekerja sebagai oknum yang pasif. Dia adalah inisiator yang mengontrol, memonitor
dan menguasai sejarah. Allah kita adalah Allah yang memimpin sejarah, Tuhan dari sejarah. Allah kita
tidak mungkin membiarkan segala sesuatu terjadi tanpa campur tangan atau izin-Nya. Yang
direncanakan berada dalam kehendak-Nya, yang diizinkan berada dalam kehendak-Nya, yang dibiarkan
sekalipun tetap berada dalam kehendak-Nya. Allah memberikan kemungkinan dengan segala kebebasan
yang liar, berbuat apapun, tapi akhirnya tetap dikuasai oleh-Nya. Jangan mengira kalau kita mau berbuat
apa-apa, maka Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa. Allah membiarkan kita berdosa, membiarkan kita
memakai kebebasan kita yang liar, tapi akhirnya kebebasan seperti itupun tidak bisa terlepas dari
penghakiman-Nya. Dengan demikian orang Kristen mengetahui bahwa kedaulatan Tuhan berada dan
melanda di dalam segala bidang, segala katagori, segala peristiwa dan segala sesuatu. Pemahaman ini
akan membuat iman kita menjadi kuat.


Segala Sesuatu Bekerja Sama
Ayat ini merupakan salah satu ayat yang paling dalam untuk mengerti segala sesuatu yang terjadi di
dalam kosmos mempunyai makna dan telos (Yun: tujuan terakhir, Red) yang sesungguhnya. Allah
memberikan segala sesuatu kepada manusia, Dia mengizinkan segala sesuatu terjadi, dan Dia juga ikut
memonitor segala sesuatu di dalam sejarah. Tetapi apakah maksud segala sesuatu? Apakah sebagai
peristiwa yang berkeping-keping ataukah sebagai totalitas? Jawabannya, bukan berkeping-keping dan
terpecah belah, tetapi merupakan ketotalan. Ada kaitan antar satu peristiwa dan peristiwa lain, sehingga
orang Kristen mempunyai pandangan total tentang hidup. Kita menangkap dan mengerti segala sesuatu
bukan sebagai peristiwa yang terpisah-pisah oleh waktu, oleh periode sejarah, oleh peristiwa-peristiwa
yang bersifat fragmental, melainkan sebagai peristiwa yang total.
Seorang ayah memberikan mainan puzzle yang terdiri dari ribuan keping kepada anaknya. Anak itu
bertanya, "Kalau saya sudah menyusunnya, akan menjadi gambar apa?" "Kau akan mendapatkan
gambar peta dunia," jawab ayahnya. Si anak mulai menyusun, tetapi alangkah sulitnya menggabungkan
potongan-potongan kecil dari peta dunia, karena setiap potongan itu hampir sama: garis, warna sungai,
kota, tempat, hanya itu saja. Anak itu menggabungkan potongan-potongan itu dengan susah payah.
Akhirnya sang ayah berkata, "Kalau kaubalikkan semua potongan-potongan kecil itu, kau akan dapat
mengerjakannya dengan mudah." Maka si anakpun berusaha membalikkan semua potongan kecil.
Akhirnya dia mulai menemukan bahwa apa yang dikerjakan memang gampang. Karena di balik
potongan itu terdapat warna yang gampang untuk dicocokkan. Setelah dia menggabungkan semuanya
itu, dia menemukan bahwa gambaran yang jadi adalah Yesus kristus. Lalu diberikan lem dan dibalikkan,
ternyata peta dunia sudah jadi. Mengertikah Anda akan maksud saya?
Orang Kristen berbeda dengan orang yang bukan Kristen. Orang Kristen dididik dan diajar dengan
kalimat yang agung ini, all things work together for good to those who love God. Ini merupakan
pekerjaan Tuhan di belakang layar. Kalau kau memang adalah anak Tuhan yang mengasihi-Nya, tetapi
dalam hidupmu terjadi hal-hal yang berlawanan dengan kesejahteraan, kesehatan, dan keinginanmu,
jangan kecewa, menangis, dan mengeluh dengan tidak henti-hentinya. Karena kalau kau merasa sulit
untuk menyusun semua kepingan-kepingan yang bisa menjadi gambaran total, pasti ada maksud Tuhan yang
baik untukmu, pasti semua itu membawa akibat yang baik buatmu. Sampai kapankah iman kita
baru bisa menyanyi seperti ini, "Biarlah segala sesuatu terjadi pada diriku, karena semua itu menjadi
kebaikan bagiku yang mencintai Tuhan." Sampai kapankah kita bisa mempunyai iman yang teguh,
sehingga kita berteriak seperti ini, "Biarlah semua kepahitan, penganiayaan, kesulitan, dan semua yang
tidak aku inginkan menimpa diriku, aku tetap memuji Tuhan. Karena di belakang segala kepahitan,
penderitaan, kesengsaraan, kerugian ada topangan dari tangan Tuhan, untuk memberikan faedah bagi
diriku." Bila kerohanian seseorang sudah mencapai tahap ini, dia akan menjadi stabil luar biasa: biar
diancam, diiri, dihantam, difitnah, diumpat, dia tetap tenang dan tersenyum.
Segala sesuatu bekerja bersama? Memang. Allah tidak mencetak peta dunia yang kelebihan satu
atau kekurangan satu, sehingga akhirnya menjadi ompong-ompong. Tidak! Karena jikalau kau mengenal
kehendak Kristus dan rencana Tuhan yang kekal secara total, maka hidup yang berada di dalam
hidupmu dan pengalaman yang terjadi dalam hidupmu tidak ada satupun yang bisa dihapus.
Banyak orang Kristen tidak mau digarap oleh Tuhan. Hanya mau sebagian, tidak mau all things.
Hanya mau something, not all things. Only something and make you nothing. All things will make you
something. Kalau kau tidak rela diatur oleh Tuhan dalam semuanya, kau always become nothing. Tapi
bila kau menerima segala sesuatu dengan pengertian, ketaatan yang penuh, dan bijaksana yang dari
Tuhan, kau akan dibentuk oleh Tuhan menjadi sesuatu.
Dua ribu dua ratus lima puluh tahun yang lalu Mensius berkata, tian jiang da ren yu shi ren ye, pi
xian lao qi jing gu, jo qi fu; jikalau langit memberikan tugas yang berat kepada orang yang tertentu,
maka orang itu pasti diberikan kesengsaraan besar, dilatih sampai semua ototnya lelah, dan hatinya
penuh kepedihan, barulah dia akan menunaikan tugasnya. Sekali lagi saya menegaskan, tanpa salib tidak
ada kebangkitan; tanpa kematian, tidak ada mahkota; tanpa Getsemani, tidak ada kemuliaan. Inilah cara
Tuhan. Pada waktu kita berada di dalam kesulitan, kita berusaha melarikan diri, tetapi Allah
menghendaki kita mengalami segala sesuatu yang diizinkan datang melanda kita sebagai kesempatan
untuk mendapatkan kemenangan.



Mendatangkan Faedah
Di sini kita melihat ada campur tangan Tuhan Allah di dalam segala sesuatu, dan semua campur
tangan Allah mempunyai makna yang khusus: mendatangkan faedah, dan faedah ini khusus diberikan
kepada mereka yang mencintai Dia. Mengapa Tuhan memperbolehkan kesengsaraan berada di dalam
dunia? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan-kegagalan pribadi terjadi? Mengapa Tuhan tidak
menolong pada saat kita sedang dicobai setan, bahkan kadang-kadang memperbolehkan kita berada di
dalam cengkeramannya? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sulit ini sudah diberikan oleh
orang-orang di dunia, baik para filsuf, moralis atau agamawan. Tetapi kecuali kita kembali kepada Kitab
Suci, kita tidak mungkin mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk hal ini. Mengapa Tuhan
memperbolehkan sengsara itu ada? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan itu berada? Jika saya
adalah seorang yang mengajar anak saya menyetir mobil, lalu pada waktu kesulitan tiba -- kalau
memang dalam jangkauan saya--, saya akan berusaha mengerem, sehingga tidak akan terjadi tabrakan.
Mengapa Tuhan tidak mengerem? Mengapa Dia tidak memberikan interverensi darurat pada waktu
kesulitan-kesulitan terjadi? Mengapa Tuhan memperbolehkan segala marabahaya terjadi? Mengapa, mengapa,
mengapa? Kita bertanya dan bertanya terus. Sepanjang hidup, manusia adalah satu-satunya
makhluk yang tidak habis-habisnya bertanya tentang peristiwa-peristiwa seperti ini.
Mengapa Allah memungkinkan dan membiarkan segala sesuatu terjadi? Martin Luther berkata,
"There are no why in the heart of the true believer" ; tidak ada kata "mengapa" di dalam hati orang-orang
yang sungguh beriman kepada Tuhan. Karena iman yang sejati sudah mencakup penerimaan dan
pengertian bahwa Allah tidak mungkin berbuat salah. Kalau Allah tidak mungkin berbuat salah, maka
segala sesuatu yang Ia izinkan terjadi pada diri kita adalah hal yang mempunyai faedah yang luar biasa
meskipun di luar kesanggupan kita untuk mengerti.
Pada waktu kepicikan, menderita penyakit, mengalami kesulitan atau disalahmengerti, diserang
oleh orang lain; pada waktu kau harus mengalami segala kesusahan yang jauh lebih berat dari
kemungkinan yang dapat kau tanggung, jawablah because Thy will is like this, I except all of them,
karena kehendak-Mu memang begitu indah. Kehendak Tuhan bukan saja indah di hari di mana kau
mengalami kesuksesan, diberi berkat dan hadiah, kehendak Tuhan yang indah termasuk saat-saat kau
diizinkan untuk menerima penderitaan dan kesulitan yang besar. Saya bukan pendeta yang berkata
kepadamu, "Percaya kepada Tuhan, beri pesembahan sebanyak mungkin, supaya kau mendapatkan
curahan berkat dari surga, sehingga menjadi kaya raya." Saya berkata kepadamu, di antaramu ada yang
akan diberi kelancaran, kesehatan dan kekayaan, tapi sebagian mungkin akan diberi kecacatan,
kesulitan, dan segala penderitaan. Saya tidak tahu siapa. Tapi iman bukan hanya menyanyi di siang hari,
iman juga bisa menyanyi pada waktu malam yang gelap. Iman bukan hanya memuji pada waktu lancar,
iman selalu bersyukur di dalam penderitaan.
Mereka yang lancar, yang sukses, yang kaya, stop membanggakan diri, merebut kemuliaan Tuhan
Allah dan menghina orang lain. Sedangkan mereka yang menangis, yang menderita dan yang berada di
dalam kesengsaraan, yang sedang memikul salib berat, stop hujat Tuhan, stop mencela nama-Nya dan
berhenti berbuat dosa dalam usaha untuk menyelesaikan kesulitan itu. Segala sesuatu yang diizinkan
Tuhan terjadi di dalam hidup kita ada maksud tertentu yang sekarang terselubung dengan fenomena-fenomena
kesulitan, tetapi ada suatu pencerahan, pada waktu kau masuk ke dalam dirimu yang terdalam
untuk menemukan jawaban dari Tuhan.
Pada waktu gereja berada di dalam kesulitan, pada waktu orang Kristen mencucurkan air mata,
pada waktu kita mengalami segala kepicikan, jangan lupa bahwa Tuhan sedang menyatakan
kemungkinan yang lain di luar dalil dan rumus-rumus umum darimu. Mari kita semua melepaskan diri
dari segala kemungkinan yang mengakibatkan kita tercerai berai dari rumus dan pimpinan Tuhan yang
dinamis dan begitu indah. Biarlah kita tetap peka dan betul-betul rendah hati dan taat kepada Tuhan
setiap saat. Katakanlah, "Tuhan, segala sesuatu yang terjadi telah membawa aku lebih dekat kepada-Mu.
Untuk yang baik, saya bersyukur kepada-Mu, bukan karena jasaku yang tidak baik, yang tidak
menguntungkan, juga bukan satu hal yang khusus Tuhan pakai untuk menghantam saya, melainkan
Tuhan memakainya untuk melatih diriku menjadi lebih baik."
Calvin dan komentator lain seperti F.F. Bruce melihat bahwa segala sesuatu yang terjadi hanya
sebagai latihan buat orang Kristen saja. Namun saya melihat hal lebih luas dari itu, melampaui sekadar
pengalaman pahit bagi orang Kristen saja. Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang tidak kita
inginkan terjadi? Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang seharusnya tidak terjadi? Saya tidak
tahu. Tapi saya tahu satu hal, untuk menyempurnakan yang di dalam, perlu memotong bagian bagian
yang di luar; untuk menyempurnakan yang lebih kekal, perlu ajaran yang diberikan pada bagian luar.
Kadang-kadang Tuhan harus memotong sesuatu, harus memukul sesuatu, sehingga kerugian yang
sementara mengakibatkan kesempurnaan yang kekal. Penderitaan kedagingan mengakibatkan suatu
kenikmatan rohani, sehingga kerusakan dan kekurangan secara fenomena dan hal yang terjadi di dunia
mengakibatkan kita memikirkan hal yang kekal. Sebuah buku apologetika komunisme untuk melawan
kekristenan yang saya baca mengatakan,
"Jika orang Kristen mengatakan bahwa orang komunis bersalah banyak membunuh rakyatnya, kita akan
membantah dengan berkata, 'Allahmu bersalah membunuh manusia lebih banyak daripada orang-orang
komunis.' Satu kali bencana alam, seperti gunung meletus atau badai laut besar, ratusan ribu orang yang
tidak bersalah harus dibunuh." Di dalam Kitab Suci kita melihat hal yang paling tidak masuk akal, atau
yang paling tidak bisa kita mengerti adalah peristiwa yang terjadi dalam hidup Ayub. Kesepuluh
anaknya mati dalam satu hari, harta benda dirampas dan semua yang dia miliki lenyap dari tangannya.
Bukan saja demikian, istrinyapun mulai meninggalkan dia. Hampir tidak ada contoh yang lebih
mengerikan, tidak ada malapetaka yang lebih besar, yang bisa kita bayangkan daripada peristiwa yang
terjadi pada diri Ayub. Hal tersebut perlu dicatat di dalam Alkitab, sehingga dari zaman ke zaman,
waktu manusia bertanya, 'mengapa?' (sebenarnya kita tidak berhak bertanya) dia boleh mencatat
peristiwa Ayub. Alkitab mencatat akhirnya Tuhan mengembalikan semua milik Ayub yang hilang dua
kali lipat dari sebelumnya.
Mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi? Di dalam iman, kita tidak perlu bertanya,
"mengapa?" Jawabannya bukan dari spekulasi kepintaran kita, melainkan dari Kitab Suci: Allah belum
pernah berbuat salah. Dan di dalam segala penderitaan, kesulitan dan bahkan kematian yang terjadi pada
diri orang-orang yang mencintai Dia, ada rencana dan pemeliharaan yang kekal, yang jauh lebih tinggi
daripada fasih lidah kita untuk berdebat, daripada pikiran kita berlogika, dan spekulasi kita dengan
jawaban yang tidak sempurna.
Puji Tuhan! Jikalau hidupmu penuh dengan gelombang, pengoyakan, penyaringan, penggeseran,
ujian, cobaan, namun akhirnya kau menang. Waktu kau bersaksi, kau tenang. Kalau orang lain sedang
mengalami sesuatu, langsung kau bisa mengucapkan kata-kata yang indah yang bisa menenangkan dia.
Bila orang lain menceritakan kesulitannya, kau langsung mengeluarkan kata-kata mutiara untuk
menghibur dia. Bila ada yang tawar hati, kau langsung mengucapkan kata-kata perjuangan untuk
mendorong dia.



Karena Kita Tahu
Jika pada ayat-ayat sebelumnya kita mendapati bahwa kita sebagai buah-buah sulung Roh
Kuduspun turut mengeluh, kita berada di dalam keadaan sengsara, penderitaan dan kesulitan yang tidak
berbeda dengan mereka yang belum diselamatkan, yang bukan anak Tuhan. Kita adalah orang-orang
yang sama-sama berada di dalam penderitaan tetapi status kita berbeda, karena kita adalah anak-anak
Allah. Jika perbedaan status tidak membawa perbedaan kenikmatan, apa pula artinya? Memang hampir
tidak ada perbedaan antara orang Kristen dan orang yang bukan Kristen dalam menghadapi kenikmatan
dan kesengsaraan di dalam dunia. Tetapi ada kenikmatan tertentu di dalam pengertian rohani orang
percaya yang memberikan kesadaran dan kekuatan untuk melampaui segala sengsara sebagai fenomena
yang sementara ini. Pada saat Paulus mengatakan kita tahu, dia sedang mengadakan perbedaan antara
orang Kristen dan orang bukan Kristen, yaitu kita orang Kristen --mengetahui bahwa kita mempunyai
pengertian yang berbeda dengan orang lain. Meskipun sama-sama berada dalam penderitaan, dalam
kesulitan-kesulitan duniawi ini, orang Kristen mempunyai semacam kesadaran dan pengetahuan yang
tidak mungkin dimiliki oleh mereka yang belum mengerti akan wahyu dari Tuhan Allah. Orang Kristen yang
beriman, yang bervisi dan mempunyai pengertian melalui iman yang
mendatangkan visi yang benar itu berani berkata seperti ini, "Karena kita tahu; because we know."
Sejarah mencatat bagaimana orang Kristen di abad pertama mengalami pencemoohan, penganiayaan,
penderitaan dan perlakuan yang tidak adil dari pemerintah dunia yang melawan Yesus Kristus, seperti
Herodes dan para kaisar Romawi. Mereka memperlakukan orang Kristen bagaikan sampah dunia, tetapi
mereka merasa heran sekali, karena orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan dan penderitaan
dapat berdiri dengan tegak, tegar, dan menyanyi di dalam penderitaan.
Seorang sejarahwan Yahudi yang bernama Josephus berkata, "Saya tidak bisa mengerti, pada
waktu singa menerkam mereka, orang Kristen tetap mempunyai wajah yang tenang, hati yang begitu
stabil dan mereka memuji Yesus Kristus. Sebelum mati, suara pujian tidak henti-hentinya keluar dari
mulut para martir-martir itu." Jawabannya terdapat di sini: sebab kita tahu; because we know. Iman yang
sesungguhnya bukan iman yang tahayul, yang membius otak, yang menginjak-injak logika, melainkan
iman yang menggugah pengertian yang sesungguhnya, yang sesuai dengan kebenaran Tuhan. Allah
yang mewahyukan kebenaran, adalah juga Dia yang menciptakan otak manusia. Ketika kita
menggabungkan kedua hal ini, kita tahu bahwa keduanya hanya mempunyai satu tujuan, yakni supaya
kebenaran yang Tuhan wahyukan boleh memimpin pikiran yang dicipta oleh Tuhan yang sama. Begitu
banyak kaum cendikiawan, kaum intelektual ketika mengembangkan intelek mereka, mereka tidak
memiliki penguasa intelek. Sebab itu, mereka bersandar pada pikiran, otak dan logika mereka sendiri.
Maka semakin seseorang memiliki kepintaran, semakin mungkin dia berada di dalam hati yang gelap.
Semakin mereka bertumbuh secara pengetahuan, mereka semakin jauh dari kerelaan untuk mematahui
kebenaran Tuhan Allah. Sebab itu, iman kepercayaan bukan membunuh logika atau otak melainkan
memimpin otak yang Tuhan ciptakan itu untuk kembali kepada firman yang Dia wahyukan. Inilah yang
membuat Paulus mencetuskan because we know.
Apakah bedanya penderitaan bagi orang yang beriman dan bagi orang yang tidak beriman? Bagi
orang yang beriman, penderitaan akan membuat imannya menghasilkan pengharapan. Namun bagi
mereka yang tidak beriman, penderitaan justru membunuh pengharapan mereka. Inilah perbedaan antara
orang yang memiliki dinamika iman dan mereka yang tidak memilikinya. Saya mengambil contoh dari
dua orang terpidana mati. Mereka menerima vonis yang sama, tinggal di dalam kamar yang sama
kondisinya, dan di dalam penjara yang sama. Namun akhirnya salah seorang di antara mereka
mendapatkan pengampunan, dan yang seorang lagi tetap dipidana mati. Penjaga penjara datang
memberitahukan kepada A, "Sepuluh hari lagi kau akan dibebaskan." Lalu kepada si B ia mengatakan,
"Sepuluh hari lagi kepalamu akan dipenggal." Permisi tanya, apakah bedanya sepuluh hari itu untuk
mereka berdua? Mereka tetap berada di dalam keadaan yang sama, hidup di bawah atap yang sama,
penjara yang sama, dalam penderitaan yang sama tetapi yang seorang berpikir, "Sepuluh hari lagi aku
akan pulang, bertemu dengan istri dan anak yang merindukanku." Sedangkan yang satu lagi berpikir,
"Sepuluh hari lagi saya akan mati, kepala saya akan dipenggal dan dikuburkan." Sepuluh hari lagi
memang sama jumlahnya bagi si A dan bagi si B, namun perasaan mereka berbeda. Karena yang
seorang sudah memperoleh keyakinan, jaminan, dan pengharapan untuk bebas. Sementara yang lain
menantikan eksekusi vonisnya, kepalanya akan dipenggal dan dia akan menuju kepada kematian yang
belum dia ketahui. Maka ketika si A menghitung hari-harinya, "Sisa 9 hari, 8 hari, 7 hari, 6 hari, 3 hari,
2 hari dan besok, saya akan keluar dari sini. Istri saya sedang menunggu," pengharapan itu memberikan
gairah dan kekuatan yang luar biasa bagi jiwanya. Tetapi bagi yang seorang lagi, setiap matahari terbit
merupakan kutukan baginya, dan ketika matahari terbenam merupakan ancaman baginya. "9 hari, 8 hari,
7 hari, 3 hari, 2 hari lagi saya harus mati." Ini melukiskan perbedaan antara orang Kristen dan mereka
yang tidak beriman kepada Tuhan.
Because we know, karena kita tahu. Kalimat ini merupakan proklamasi bagi orang yang beriman
kepada Tuhan. Kalimat ini juga diucapkan oleh seorang yang hidup sebelum Musa lahir, yaitu Ayub.
Ayub 19:25 menyatakan, "Because I know my redeemer lives; karena aku tahu Penebusku hidup dan satu hari
nanti Dia akan berdiri di atas bumi ini untuk menghakimi segala sesuatu, dan di dalam tubuhku
aku akan berjumpa dengan-Nya." Pengetahuan yang diutarakan oleh Ayub ini melukiskan pengharapan
yang mempersatukan kekekalan dengan kesementaraan. "Aku mengetahui Tuhanku, Penebusku hidup."
Inilah kalimat pertama dalam Alkitab yang mencetuskan iman kepercayaan orang Kristen yang
melampaui semua agama. "Karena Penebusku adalah Penebus yang mengalahkan kematian dan bangkit,
sehingga Dia hidup. Aku tahu bahwa Penebusku hidup dan pada hari terakhir, ketika dunia kiamat, Dia
akan berdiri di atas bumi ini. Dia akan datang kembali." Pada waktu Ayub menulis ayat yang begitu
penting, Kristus belum inkarnasi, belum datang ke dalam dunia, belum mengalahkan pencobaan, belum
dipakukan di atas kayu salib, belum dikuburkan, belum dibangkitkan pula dari antara orang mati. Tetapi
Ayub melihat dengan iman akan wahyu yang Tuhan berikan dalam hatinya. Dia mengetahui sedalam-dalamnya
bahwa Penebusnya hidup, dan pada hari kiamat nanti Dia akan berdiri di dunia ini untuk
mengatasi dan menghakimi seluruh umat manusia.
All things work together, begitu banyak hal yang Tuhan perbolehkan terjadi, pada waktu kita tidak
mengerti, jangan kita bersungut-sungut, atau melawan Dia, atau marah kepada-Nya, biarlah orang
Kristen belajar bersabar untuk menunggu, serta berkata di dalam hati, Tuhan, apa yang Kau kerjakan
lebih besar daripada kemungkinan aku mengerti, biarlah aku bersabar dan hanya taat kepada-Mu saja.
Sebab itu saya menghimbau orang kaya jangan menghina orang miskin, orang miskin juga jangan iri
terhadap orang kaya, orang pandai jangan membiarkan diri congkak, dan orang yang kurang pandai juga
jangan menghina dirinya sendiri. Karena segala sesuatu yang berada di bawah pengaturan Tuhan akan
menjadi baik dan indah jika motivasi kita adalah cinta kepada-Nya. Allah memperbolehkan penderitaan,
kesengsaraan, kesulitan menimpa seseorang untuk membuktikan bahwa orang yang mencintai-Nya tidak
akan dihancurkan oleh penderitaan. Jika seseorang tetap bersih, tetap setia, tetap mempunyai watak yang
anggun dalam penderitaan dan kesengsaraan, maka Tuhan akan berkata kepada setan, "Coba lihat anak-Ku
yang satu ini, meskipun diberi penderitaan dan kesengsaraan, ia tetap teguh, tetap jujur, tetap berdiri
dengan teguh dan setia kepada-Ku." Penderitaan-penderitaan yang diizinkan oleh Tuhan untuk menimpa
diri orang Kristen adalah alat yang paling baik untuk membuat setan undur. Penderitaan-penderitaan
besar yang Tuhan berikan adalah yang paling baik bagi kita untuk menyumbat mulut Iblis yang selalu
menuduh kita.

Ada 3 pekerjaan setan yang besar, yang dicatat oleh Alkitab:
1. Setan adalah pencoba manusia, yang menggoda manusia berbuat dosa.
2. Setan adalah perintang Allah dalam menghambat terlaksananya rencana-rencana Allah.
3. Setan adalah penuduh orang suci akan dosanya di hadapan Tuhan Allah siang dan malam.
Ketiga hal ini adalah pekerjaan setan yang tidak habis-habisnya. Tuhan memperbolehkan semua ini
terjadi, tapi bagi mereka yang mencintai Tuhan, ada jalan keluarnya. Setan menuduh, mencobai dan
merintangi, karena itulah pekerjaannya. Mengapa Allah membiarkan setan ini berada? Untuk
membuktikan sekalipun setan ada, tetap tidak mungkin menjatuhkan gereja. Sepanjang sejarah, gereja
telah diombang-ambingkan, dikacaukan oleh setan. Banyak pemimpin-pemimpin gereja yang tidak
waspada, malah lebih suka bekerja dengan setan, untuk menjadi alat setan, sehingga tubuh dan gereja
Yesus Kristus kehilangan kemuliaan yang sesungguhnya.
Dalam Mzm 119, Mazmur yang terpanjang, terdapat beberapa kalimat mengenai sengsara. Dan ada
dua ayat yang sangat penting, yaitu ayat 67 dan 71, yang di dalamnya terdapat dua istilah mengenai
penderitaan. Pemazmur berkata, "sebelum menderita, aku pernah jalan sesat." (terj. LAI: 'tertindas',
Red). Kedua, "penderitaan itu berfaedah bagi diriku." Saya minta engkau memikirkan kedua kalimat itu.
Sebelum penderitaan, saya selalu berjalan pada jalan yang sesat, dan di dalam penderitaan, saya
mengalami faedah dari Tuhan Allah. Tidak pernah ada sebuah cincin emas yang tidak melewati api.
Tidak pernah ada sebuah berlian yang tidak mengalami asahan dan dibentuk dengan indah. Tidak ada
pakaian yang indah yang tidak mengalami digunting dan dijahit dengan jarum yang tajam. Jika emas
memerlukan api, sehingga warnanya nyata, berarti pembakaran adalah hal yang sangat diperlukan oleh
setiap orang. Jika berlian perlu diasah sampai bisa berbentuk indah, berarti orang Kristen juga
memerlukan penderitaan. Demikian juga ketika kain yang indah dipotong oleh gunting yang tajam dan
jarum yang menusuk, semua itu membuktikan ketika kita berada di tangan Tuhan, Tuhan
memperbolehkan segala penderitaan menimpa diri kita merupakan rencana yang agung untuk kebaikan
kita. Puji Tuhan! Mengapa Allah membiarkan setan ada? Jawabannya tetap dari kitab Ayub, di mana
Tuhan memegahkan, memuliakan Ayub dan berbantah dengan setan, "Bukankah kau minta kepada-Ku
agar hidup Ayub disiksa olehmu? Agar tubuh Ayub diberi sebanyak mungkin penyakit?" Jangan kita
memutlakkan semua penderitaan dan penyakit berasal dari setan. Itu adalah ajaran yang tidak benar.
Semua penyakit dan semua penderitaan kalau bukan diizinkan oleh Tuhan, setanpun tidak mungkin
memberikannya pada tubuh orang Kristen. Jika Tuhan mengizinkan, meskipun penyakit-penyakit itu
menyerang diri kita, orang yang mencintai Tuhan pada akhirnya akan mengalahkan semua itu.
"Sekarang lihatlah," kata Tuhan, "bahwa imannya terhadap-Ku tetap teguh." Iman kepercayaan
orang Kristen tidak boleh hanya dibangun di atas bahagia dan keuntungan yang Tuhan berikan kepada
kita. Saya percaya hari ini di antara Anda ada yang lancar luar biasa, ada yang sama sekali tidak lancar,
ada yang berdagang mati-matian, kerja dengan sesetia mungkin tapi terus tidak mendapat keuntungan,
ada yang sepertinya tidak usah bekerja apa-apa, hanya dengan mengangkat telpon saja sudah dapat uang
milyaran uang.
Saya tidak mengerti mengapa. Namun saya berkata kepadamu, pada saat ujian, pencobaan,
kesulitan, dan penderitaan menimpa dirimu, janganlah kau cepat-cepat bersungut-sungut kepada Tuhan,
karena itulah waktu setan memakai dirimu untuk mencela Tuhan. Saat itu biarlah kau kembali kepada
Alkitab, "Sebab aku tahu, segala sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan faedah bagi mereka yang
cinta Tuhan." Dalam kesulitan yang bagaimanapun, peliharalah hatimu yang cinta kepada-Nya,
peliharalah pikiranmu yang bersih, peliharalah hatimu yang tidak mau ditinggalkan oleh cinta Tuhan.
Peliharalah dirimu di dalam kasih Allah senantiasa. Tegakkan dirimu di atas firman Tuhan yang suci dan
yang benar itu, dan berdoalah di dalam Roh Kudus.
Sekali lagi saya menjelaskan istilah ini, berdoa di dalam Roh Kudus tidak berarti berdoa di dalam
bahasa Roh, sebagaimana berjalan di dalam Roh tidak berarti berjalan dengan bahasa Roh, melainkan
berarti mengikuti pimpinan dan jejak Roh Kudus, sehingga perjalanan hidup sehari-hari kita dipimpin
oleh oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Dan berdoa dalam Roh berarti seluruh hidup doa kita adalah
doa yang dipimpin dalam naungan Roh Kudus. Karena Roh dengan keluh kesah yang tidak terkatakan
telah membantu mengoreksi doa kita menjadi doa yang suci dan murni, yang boleh berkenan kepada
Tuhan Allah.
Allah Bapa dengan kasih-Nya melindungi kita, Allah Anak dengan firman-Nya mendidik kita,
Allah Roh Kudus dengan kebijaksanaan yang melampaui manusia memimpin kita, dan dengan keluh
kesah-Nya menolong kita berdoa. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tidak akan
meninggalkan kita, dan kitapun jangan meninggalkan Dia. Jangan kita berusaha keluar daripada tangan
Tuhan lalu kita minta dipelihara, itu tidak mungkin. Biarlah kita tetap berada di dalam cinta Tuhan, dan
barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan faedah. All things work together for good to those who
love Him. Siapakah di antara kita yang berkata, "Tuhan, di hari -hari aku lancar aku cinta Kau, di hari-hari
aku sehat aku cinta Kau, di hari-hari aku beruntung aku cinta Kau, di hari -hari aku merasa picik dan tidak lancar,
di hari-hari aku mengalami penderitaan, kerugian, Tuhan aku mau tetap cinta Kau." Tuhan
akan menghapus air matamu untuk melihat bahwa hari depanmu tetap ada penyertaan-Nya, Dia tidak
akan meninggalkanmu. Karena segala sesuatu bekerja sama mendatangkan faedah bagi mereka yang
mengasihi Dia.

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 26 - April 1995

Tentang kuatir

JANGAN SERAKAH, JANGAN KUATIR

(Oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong)
Artikel ini diambil dari seri khotbah Ekspositori Surat Ibrani di Kebaktian
Minggu GRII Pusat, Kampus Emas, Jakarta, pada tanggal 20 Juli 2003

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan yang ada
padamu. Karena Allah telah berfirman "Aku sekali-sekali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau"
(Ibrani 13:5)

Di ayat 5 ini penulis Ibrani berbicara tentang dosa keuangan. Mengapa seks
dan uang (harta) selalu berdampingan? Karena keduanya adalah jerat yang
paling besar atau paling berbahaya bagi setiap orang yang hidup di dunia
ini. Banyak orang gagal, kalau bukan karena seks, tentu karena uang. Itu
sebabnya, seks dan uang juga merupakan musuh terbesar bagi para pelayan
Tuhan, saksi-saksi Tuhan yang diutus untuk memancarkan kemuliaan-Nya. Jika
kita tidak memelihara kesaksian hidup kita dengan hati-hati, kita memberi
lowongan kepada iblis untuk mencobai kita dalam seks dan harta, maka kita
akan kehilangan kuasa, pengaruh, dan kemuliaan Tuhan untuk menjadi saksi-Nya
di dunia. Oleh karena itu, setelah penulis Ibrani menyelesaikan pembahasan
tentang 'hormatilah pernikahan', ia meneruskannya dengan: Jangan engkau
menjadi budak hartamu, uangmu; atau dalam terjemahan lain: Jangan tamak,
jangan menginginkan uang yang bukan milikmu.

Saya percaya, saat Yohanes Pembaptis yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu tampil
di depan umum, usianya kira-kira tiga puluh tahun, karena seorang imam baru
boleh melayani di saat usianya genap tiga puluh tahun, karena seorang imam
baru boleh melayani di saat usianya genap tiga puluh tahun. Di mata manusia,
ia adalah seorang pemuda yang kurang berpengalaman. Ia berseru, "Bertobatlah
kamu sebab Kerajaan Sorga sudah dekat." Ia menuntut mereka agar hidup baru,
hidup bertobat, hidup suci, mau meninggalkan hidup moral yang bobrok dan
segala dosa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Setiap orang hidup perlu
tahu: Dunia bukanlah rumahnya; ketika ia mulai terbiasa, bahkan betah hidup
di dunia, maka dunia akan berkata kepadanya, "Get out!" - tidak ada tempat
lagi untukmu, tempat ini akan diberikan pada generasi baru. Jadi, tak
seorang pun bisa hidup sampai selama-lamanya di dunia ini.

Tetapi Allah sudah menyediakan Kerajaan Sorga, Kerajaan Allah bagi kita --
orang-orang yang berharap kepada-Nya. Dan firman-Nya: Bertobatlah,
tinggalkanlah dosamu, siapkanlah hatimu untuk hidup di dalam Kerajaan Allah,
karena Kerajaan Allah sudah dekat. Kalimat pertama dalam khotbah Yohanes
Pembaptis itu juga merupakan kalimat pertama dalam khotbah Yesus Kristus.
Tokoh terpenting di Perjanjian Baru -- Yohanes Pembaptis, Sang Perintis dan
Yesus yang adalah Tuhan, mengucapkan kalimat yang sama: Bertobatlah kamu,
karena Kerajaan Allah sudah dekat. Yohanes Pembaptis berjumpa dengan
pelbagai macam orang. Ada semacam orang yang bertanya padanya: Apa yang
harus kami perbuat? Saya kira itulah tanya jawab yang pertama di dalam
pelayanan Perjanjian Baru. Dan saya yakin acara tanya-jawab perlu
dilestarikan, karena di lembar-lembar pertama Perjanjian Baru, dalam
pelayanan Tuhan sendiri juga diadakan tanya jawab. Ketika saya masih berumur
tujuh belas tahun, pikiran saya sudah dilanda oleh ajaran: Komunisme,
Atheisme, Materialisme, Dialektis, Evolusionisme. Saya menganggap diri
sebagai pemuda yang paling modern, terkemuka, bahkan lebih cerdas dari
pemuda-pemudi lainnya. Pelajaran yang biasanya perlu dipelajari orang dalam
waktu dua bulan bisa saya selesaikan dalam waktu dua hari, bahkan selagi
masih di SMA, saya sudah mengajar, dan saya mampu menyelesaikan SMA dengan
mudah, sekaligus menjadi seorang guru yang disambut baik oleh murid-murid.
Honor saya dua kali lebih besar daripada honor pendeta terbesar, yang
melayani di gereja terbesar di Surabaya. Saat itu, saya merasa tidak butuh
Alkitab, tidak butuh Tuhan, bahkan merasa tak perlu menjadi orang Kristen,
karena dunia sudah maju dan kekristenan sudah ketinggalan. Akan tetapi
melalui Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), Tuhan bekerja di dalam hati saya,
saya menangis tak henti-hentinya, bertobat, meminta Tuhan mengampuni
dosa-dosa saya. Di hari ketiga KKR itu, saya menyerahkan diri menjadi hamba
Tuhan. Saya berkata, "Tuhan, jawablah semua pertanyaanku, sesudah itu, saya
akan pergi ke seluruh dunia untuk menjawab pertanyaan siapa pun." Itu
sebabnya, ciri khas dari pelayanan saya adalah tanya-jawab, menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Seperti apa yang dikatakan oleh
Francis Schaeffer: The responsibility of Christianity is to give the honest
answers for the honest questions. Itulah yang saya pelajari dari Yohanes
Pembaptis, menjawab pertanyaan siapa saja yang ingin tahu tentang kebenaran.
Yohanes Pembaptis menjawab pertanyaan, termasuk pertanyaan para tentara.
Biasanya seorang tentara, karena mempunyai senjata, selalu merasa dirinya
memiliki hak istimewa, suka melakukan kekerasan, tetapi saat ia datang
bertanya: What should I do, John? Jawab Yohanes Pembaptis, "Kamu harus
merasa puas dengan apa yang ada padamu, jangan menindas orang dengan
senjatamu." Saya kaget sekali, ternyata seorang yang dipenuhi Roh Kudus bisa
menjawab pertanyaan dengan begitu singkat dan begitu tepat, sesuai dengan
kebutuhan. Ia tidak menjawab, "Hai Tentara, jangan kamu berperang, karena
firman Tuhan berkata: Barangsiapa membunuh, ia juga akan dibunuh." Ia tidak
berbicara tentang apakah tentara harus membela atau memberontak, boleh
berperang atau tidak, ia hanya memberikan dua prinsip:

Puaskan diri dengan apa yang kau miliki, dan jangan menindas orang dengan
senjatamu. Dua prinsip yang berkaitan dengan dua dosa besar dari para
tentara yang menyandang senjata. Yang pertama, mereka menembak dengan
sewenang-wenang, karena pikir mereka: Kami memiliki hak menggunakan senjata,
mempunyai situasi dan kondisi dimana orang tidak mudah membalas dendam. Kami
bisa merebut nyawa orang. Seseorang yang memiliki kuasa, uang, kekuatan,
pangkat, senjata, lalu merugikan orang dengan sewenang-wenang, kelakukannya
sungguh jahat. Negara yang tidak memelihara kaum minoritas adalah negara
barbar. Negara yang tidak memberi proteksi pada kaum minoritas yang tidak
bersenjata dan tidak berdaya untuk melawan adalah negara yang tidak beradab.



Orang yang menindas si lemah, rakyat jelata dengan senjata, dengan
kekerasan, jiwanya bagaikan binatang liar, bukan manusia. Karena senjata
hanya dipakai untuk membela negara, mengamankan rakyat, itulah perintah
Alkitab: Pemerintah menyandang pedang adalah hak, kuasa yang Allah berikan
untuk menghakimi mereka yang berbuat salah; membela mereka yang benar,
menjaga ketertiban negara (Roma 13). Bila senjata digunakan semena-mena
untuk melampiaskan kebencian pribadi -- memusnahkan, menghancurkan, membunuh
musuh yang dibencinya, itu adalah tindakan barbar. Yohanes Pembaptis
berkata, 'Hai, Para Tentara.' Yang dimaksud olehnya bukanlah tentara Israel
melainkan tentara Romawi yang ditugaskan oleh kerajaan Roma di seluruh
wilayah kerajaan Romawi, meliputi sebagian benua Eropa, Asia, Afrika Utara
bahkan sampai ke Inggris. Adapun kita yang paling banyak dijaga oleh tentara
Roma adalah Yerusalem, karena bangsa Yahudi adalah bangsa yang paling keras,
paling berjiwa revolusioner, paling tidak mengenal kompromi, misalnya,
mereka menyembah Yahweh -- Allah yang sejati. Mereka menolak untuk menyebut
Kaisar sebagai Tuhan. Menurut standar Roma, tindakan itu merupakan suatu
pemberontakan terbesar, maka diutusnya sejumlah besar tentara, kira-kira
seratus delapan puluh ribu orang guna menjaga Yerusalem. Baik Damsyik,
Kapadokia, maupun kota-kota lain, tak ada yang pernah dijaga oleh bala
tentara sebanyak itu. Apalagi pada masa raya, ketika puluhan bahkan ratusan
ribu orang Yahudi dari berbagai tempat berkumpul di Yerusalem, maka
pemerintah Roma akan mengerahkan ratusan ribu tentara untuk menjaga keamanan
di sana secara ketat.



Bila tentara-tentara itu menggunakan senjata dengan semena-mena, tentu
rakyatlah yang akan sangat dirugikan. Yang kedua, Yohanes Pembaptis berkata,
"Jangan menginginkan uang lebih dari seharusnya. Kamu telah diberi kecukupan
oleh pemerintah Romawi, puaskanlah dirimu dengan apa yang ada padamu." Saya
disadarkan; Saat seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, Tuhan memberinya
bijaksana, keberanian, standar yang bisa dijadikan pedoman dari jaman ke
jaman, sekaligus sarana untuk menghakimi umat mausia: Puaskanlah dirimu
dengan apa yang kau miliki, jangan gunakan kekerasan untuk menindas mereka
yang tidak menyandang senjata.

Mengapa sebelum penulis membahas soal harta, ia terlebih dahulu berbicara
tentang prinsip di ayat 5? Karena tamak adalah dosa yang sangat besar, suatu
larangan yang ditekankan oleh Alkitab. Bahkan hukum kesepuluh dari Taurat
Musa berbunyi, "Jangan menginginkan istri, budak, hewan kepunyaan orang",
dijadikan dasar bagi Hak Asasi Manusia dalam konstitusi PBB, yang berlaku
untuk semua pemerintahan dunia sampai hari ini: Wajib memproteksi hak milik
pribadi, tak seorang pun boleh mengganggu istri, anak, harta, rumah
kepunyaan orang lain, karena milik pribadi itu sah dan diizinkan. Tuhan
berpesan, jangan mengingini, artinya Ia memagari kepemilikan manusia. Saat
mata seseorang melirik ke dalam pagar orang dan hatinya berhasrat melewati
pagar itu, ia disebut pelanggar hukum. Jangan mengingini harta orang,
puaskan dirimu dengan apa yang sudah Tuhan karuniakan untukmu. Kalau kau
memboroskan apa yang sudah diberikan-Nya atau merebut apa yang belum Ia
berikan kepadamu, kau adalah pencuri. Sikap yang Tuhan sahkan dan izinkan
adalah merasa puas atas apa yang sudah kau miliki dan mau menunggu untuk apa
yang belum kau miliki sambil bekerja dengan giat. Perasaan memiliki dan
tidak memiliki selalu mengganggu diri kita, mengapa ia punya, saya tidak
punya; saya juga menginginkannya. Keinginan seperti itulah yang membuat kita
berani melompat pagar, berani melawan kehendak Tuhan. Mari kita kembali pada
prinsip ini: Puaskan dirimu dengan apa yang ada pada dirimu, apa yang kita
miliki. Karena Tuhan berjanji: "Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak akan
membuangmu."



Yesus Kristus pernah mengutip kalimat dari Perjanjian Lama, dalam Kitab
Musa: Manusia hidup bukan hanya bersandar pada roti saja; artinya kita butuh
roti, makanan, harta benda, tetapi ada segi lain yang perlu kita perhatikan,
yaitu firman yang bersumber dari mulut Allah. Itulah yang membuat hidup kita
berarti. Versi lain terdapat di Yohanes 6:63, "Yang menghidupkan manusia
adalah roh, bukan tubuh. Perkataan yang Kukatakan padamu adalah Roh, adalah
hidup." Perhatikan ucapan Yesus itu. Yang menghidupkan manusia adalah roh,
artinya roh itu hidup. Hidup berasal roh, tubuh tak terhitung apa-apa. Tentu
saja bukan maksud Yesus mengatakan bahwa tubuh kita tidak berguna, seperti
teori soma sema, tubuh adalah penjara, yang diyakini oleh Pythagoras, filsuf
Yunani, atau ajaran Buddhisme: Tubuh tak berarti apa-apa. Yang Yesus
tegaskan adalah bahwa yang menghidupkan manusia bukan tubuh melainkan roh,
tanpa roh, tubuh tidak akan berfungsi. Lanjut-Nya, "...the word which I
spoke to you is life, is spirit." Jadi, hidup manusia selama berpuluh-puluh
tahun di dunia bukan hanya bersandar pada roti, melainkan pada the word of
God. Saya yakin kalian yang selalu berbakti di tempat ini akan merasa
kosong, jika mimbar ini tidak menyuarakan firman Tuhan. Memang, kali pertama
Anda berbakti di sini merasa tidak enak, karena khotbah saya tidak dibarengi
lelucon atau cerita, tetapi marah-marah; Tidak mudah dicerna, banyak teori.
Tetapi setelah kalian benar-benar merasakan manfaat dari firman Tuhan,
barulah kalian sadar, tanpa firman, apalah artinya hidup ini? Kosong belaka.
Kalau firman tidak mengisi hidup kita, tidak menuntun tindak-tanduk kita,
kita tidak tahu hidup ini akan berjalan ke mana. Yang paling celaka ialah
setelah mendengar firman kalian tetap melangkah di jalan yang serong, jalan
yang salah, jalan orang duniawi. Hidup kalian seperti hidup orang Farisi,
berpengertian penuh tetapi pelaksanaannya kosong. Akibatnya, kau bukan
menjadi saksi Tuhan, tapi malah mempermalukan nama-Nya. Tuhan berjanji, 'Aku
tidak akan membuang kamu, membiarkan kamu." Artinya, Ia akan terus-menerus
menjaga kita. Itu sebabnya, cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu,
pandai-pandailah mengatur milikmu. Jika kamu benar-benar hidup di hadapan
Tuhan, Ia bukan saja sanggup mencukupi, tetapi juga memberi lebih dari
sekadar cukup.



Mengapa masih ada orang Kristen yang selalu mengkhawatirkan ini dan itu?
Karena mereka hanya dengan mulut mengaku dirinya beriman; otaknya tahu apa
itu iman, namun sesungguhnya tidak betul-betul beriman pada Tuhan. Itu
sebabnya, kita perlu belajar untuk sungguh-sungguh beriman pada Tuhan.
Sesungguhnya saya merasa sangat kasihan kepada mereka yang sejak kecil cukup
makan, tak pernah lapar satu kali pun, karena mereka tidak akan pernah tahu
apa itu perjuangan, apa itu bersyukur pada Tuhan. Seorang pendeta
menuturkan: 'Aku masih ingat saat pertama kali aku memegang sepeda itu, air
mataku bercucuran. Aku menaiki sepeda itu dengan hati yang begitu haru,
begitu puas, karena aku sudah menantinya selama dua ratus hari. Selama itu
aku terus berharap kapan hari itu akan tiba, sampai aku menaiki sepeda itu,
barulah aku sadar aku sudah memilikinya.'



Tapi anak-anak kita tidak lagi mempunyai pengalaman seperti itu, karena saat
mereka menginginkan sepeda, kita segera membelikannya, bahkan saat mereka
menginginkan mobil sekalipun, kita segera menyediakannya. Sebelum mereka
sanggup mencari uang, mereka sudah mengenakan pakaian termahal. Sebelum
mereka mencucurkan keringat, mereka sudah memeras orang lain, bahkan mereka
selalu mencerca: 'Toh Papa punya uang, mengapa Papa tidak membelikan yang
baik untukku? Papa jahat.' Apa jadinya anak-anak jaman ini, setelah sekian
puluh tahun tak ada peperangan, kelaparan; anak-anak kita hanya tahu memeras
orangtua, memaksa orangtuanya memberikan ini dan itu buat mereka. Saya
selalu mendidik anak-anak saya seperti ini: Saat saya menggunakan barang
yang bagus, yang mahal, mereka tidak berhak berkomentar, karena ini adalah
jaman saya. Bagaimana susahnya masa lalu saya, kalian tidak tahu. Kalian
juga perlu belajar berjuang untuk dirimu sendiri. Namun, susah sekali,
bukan? Karena hidup kita sekarang ini sudah cukup nyaman, mengapa kita harus
membiarkan anak kita hidup sengsara? Hidup kita cukup kaya, mengapa kita
membiarkan anak-anak hidup miskin? Itu sebabnya orang yang dulunya pernah
miskin, setelah dia menjadi kaya akan membuat hidup anak-anaknya seperti di
surga. Namun faktanya, mereka tidak merasa hidupnya cukup nyaman, karena
mereka sudah terbiasa dengan hidup seperti itu. Sewaktu kenikmatannya
berkurang sedikit saja, ia akan memandangnya sebagai suatu siksaan dan itu
membuatnya dendam padamu. Inilah dunia.



Mendidik anak itu susah, bukan? Saat hidup kita miskin, kita memang tak
mampu membelikan apa-apa untuk anak-anak. Setelah hidup kita lebih dari
cukup, masakan kita tidak memberi apa-apa buat mereka? Kalau diberi, ia tak
punya daya juang, karena dia tak tahu apa itu susah, bagaimana rasanya dari
tidak punya sampai punya, bahkan cenderung merasa memang sudah semestinya
dirinya hidup berkecukupan. Kurang sedikit saja sudah dia anggap sebagai
penderitaan, memikul salib, dan lain-lain. Kadang-kadang saya mendengar
orang mengeluh: Ini susah, itu susah, tanpa menyadari kalau saja orang lain
bisa melewati hidup seperti itu tentu akan tertawa sampai tak bisa
mengatupkan mulutnya, berterima kasih pada Tuhan sampai setiap hari
mengadakan syukuran, sementara ia masih belum merasa puas dengan apa yang
ada pada dirinya.



Apa artinya: puaslah dengan apa yang sudah kau miliki? Kau tidak perlu
serakah, tak perlu merebut sesuatu yang bukan milikmu. Saya merasa sedikit
sulit untuk mendefinisikan serakah. Manakala manusia tak pernah maju,
bukankah ia sama dengan binatang? Tetapi kalau ia terus menuntut maju,
bukankah ia bisa disebut serakah? Memang paradoks. Apakah bedanya serakah
dengan berjuang? Untuk membedakannya, kita butuh bijaksana Tuhan. Untuk itu,
saya akan memberikan sebuah prinsip: Menginginkan, bahkan merampas sesuatu
yang Tuhan karuniakan kepada orang lain dengan ambisi liar, itu yang disebut
serakah. Bila kamu ingin maju, ingin lebih pintar dan lebih pintar lagi,
bahkan ingin menjadi kaya, berkuasa, dan besar sekalipun, itu tidaklah
salah, karena Allah tidak pernah mencegah manusia mempunyai ambisi pribadi,
mempunyai aspirasi untuk maju.



Mungkin kamu bertanya, mana ada ayat yang berbicara seperti itu? Yesus
berkata, "Jika kamu ingin menjadi besar, layanilah orang lain." Maksudnya,
Tuhan tidak melarang orang menjadi besar, namun ada jalurnya, ada caranya,
yakni menjadi hamba, melayani. Kadang kita salah menafsir Alkitab, kita
berpikir: Allah tidak memperbolehkan kita begini dan begitu, kita lantas
menjadi kaku. Tindakan tersebut tidak berbeda dengan orang yang menguburkan
satu dinar di bawah tanah sambil berdalih rendah hati, sambil menuduh orang
yang mengusahakan lima dinar dan berhasil mendapat keuntungan lima dinar
sebagai orang yang serakah. Padahal itu bukan maksud Tuhan. Ia justru
menuntut orang yang diberi lima talenta menghasilkan lima talenta, orang
yang diberi dua talenta harus menghasilkan dua talenta. Buktinya, orang yang
menerima lima talenta dan mendapat untung lima talenta tidak dimarahi oleh
Tuhan, tetapi orang yang memperoleh satu talenta dan menguburkannya sambil
berdalih rendah hati, tidak berambisi, tidak serakah, ialah yang dimarahi
oleh Tuhan.



Mungkin kau bertanya, bukankah itu berarti Tuhan membela orang kaya dan
menghina, bahkan menghakimi orang yang miskin? Tidak. Perumpamaan itu
mengajarkan kita bahwa: Talenta yang Tuhan beri haruslah kita imbangi dengan
perjuangan. Itulah sebabnya saya tidak berani tidak banyak berkhotbah, tidak
berani malas bekerja, karena saya tahu, Tuhan akan menghakimi saya lebih
daripada pendeta-pendeta lain. Dari manakah saya tahu akan hal itu? Tuhan
sudah memberi banyak talenta, kesempatan pada saya, maka saya harus
mengembangkan, harus bekerja keras, agar kelak saya bisa
mempertanggung-jawabkannya pada Tuhan. Kalau orang mengkritik saya serakah,
tidak puas dengan apa yang sudah ada, terus-menerus menginginkan ini dan
itu, padahal itu adalah kewajiban yang Tuhan tanamkan di dalam jiwa saya,
saya hanya bisa berkata, 'Tak ada keserakahan untuk diri pribadi saya, yang
ada hanya untuk memperluas Kerajaan Tuhan.' Kalau saya ingin membangun
gedung gereja yang besar, itu karena ada begitu banyak orang membutuhkan
firman Tuhan. Saya harus bisa membedakan antara serakah dan berjuang,
serakah demi keuntungan diri sendiri dan demi iman.



Berikut ini saya akan merumuskan beberapa hal; Satu, merampas sesuatu yang
bukan milikmu, itu disebut tamak. Dua, tidak mau berjuang mencapai hasil
yang maksimal, itu disebut malas. Malas bukan monopoli orang yang
bersantai-santai. Orang yang kelihatannya rajin pun bisa dikategorikan
malas. Kemalasan akan membuahkan kemiskinan. Kemiskinan membuahkan iri hati.
Iri hati membuahkan keserakahan. Keserakahan mencetuskan peperangan. Hal-hal
seperti itu selalu terjadi baik di dalam diri personal maupun dalam
masyarakat, baik secara lokal maupun secara internasional. Ada orang yang
merasa dirinya miskin, bukan karena ia tidak sanggup mencukupi kebutuhan
hidupnya, melainkan karena ia membanding-bandingkan dirinya dengan orang
lain.



Sebelum orang asing masuk ke pedalaman Irian Jaya, mereka tidak pernah
merasa dirinya miskin, hanya mengenakan sehelai koteka saja sudah merasa
cukup. Tapi setelah orang asing datang dengan mengendarai mobil, mereka
mulai merasa dirinya miskin, timbul rasa ingin memiliki, tapi bukan lewat
cara berjuang melainkan merampas, membunuh, dan sebagainya. Itu sebabnya,
timbulnya kesenjangan sosial bisa disebabkan oleh kaum imperialisme,
kapitalisme, bisa juga disebabkan oleh sifat membandingkan diri dengan cara
yang tidak wajar.

Sebenarnya, membanding-bandingkan diri dengan orang lain adalah hal yang
lumrah, karena Tuhan menanamkan relativisme di dalam diri kita. Murid-murid
Yesus pun masih mempunyai sifat itu. Setelah Yesus memberitahu Petrus,
"Dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata padamu: Waktu kau muda, kau bisa
mengabarkan Injil ke sana ke sini dengan bebas, tapi waktu kau tua, orang
akan mengikat tanganmu, membawamu ke tempat yang tidak kau inginkan."
Artinya, kau akan dianiaya, mati dengan sangat mengenaskan.



Petrus segera bertanya, 'Bagaimana dengan dia (Yohanes)?' Nyatalah di sini
bahwa ia mulai membanding-bandingkan dirinya dengan Yohanes. 'Aku harus
menderita, bahkan mati martir bagi-Mu, lalu bagaimana dengan Yohanes?'
Apakah Yesus menjawab, 'Mengenai dia, nanti Kuberitahu, tentu saja Aku akan
memperlakukan kalian dengan adil?" Tidak! Anugerah yang Tuhan sediakan bagi
tiap-tiap orang didasarkan atas kedaulatan-Nya. Maka jawab-Nya, "Kalau Aku
menghendaki dia menunggu sampai Aku datang kembali, apa urusannya denganmu?"
Tuhan Yesus sangat tegas, Ia tidak peduli apakah murid-murid-Nya menganggap
Dia berlaku tidak adil. Ia menjawab: Itu adalah hak-Ku. Kalau Aku
menghendaki dia menunggu sampai Aku datang kembali sementara menghendaki kau
mati syahid bagi-Ku, apa urusannya bagimu? Ikutlah Aku! Membandingkan diri
dengan orang lain itu biasa, tapi itu adalah sifat dosa yang harus kita
pertanggungjawabkan pada Tuhan. Merasa puas atas apa yang sudah Tuhan beri,
tidak banyak membanding-bandingkan diri dengan orang adalah dasar dari
kerohanian yang stabil. Kadang perasaan susah, tidak enak muncul, karena
kita membanding-bandingkan diri dengan orang lain: Mengapa ia begini,
mengapa saya begitu? Kemudian disusul dengan rasa tidak puas akan apa yang
sudah Tuhan berikan padamu. Tuhan tidak pernah bersalah, kalau Tuhan hanya
memberimu sedemikian adalah karena kau memang hanya patut menerima
sedemikian, kau harus bisa menerima. "Kalau kau rendah hati, kau aka
mendapatkan anugerah berlebih," firman-Nya. Tuhan mencegah orang yang
sombong, memberkati orang yang rendah hati, memberikannya anugerah yang
lebih.



Ketika saya masih kecil, saya merasa bingung akan kedua pernyataan itu.
Kalau saja ayat itu berbunyi: 'Tuhan mencegah, mematahkan jalan orang
sombong dan memberkati orang yang rendah hati,' tentu sudah cukup jelas,
bukan? Mengapa perlu ditambah dengan pernyataan: 'karena Ia memberi anugerah
yang lebih'? Akhirnya, saya temukan: Orang yang rendah hati itu, selain
merasa puas dengan apa yang sudah Tuhan berikan padanya, juga perlu berjuang
untuk memperoleh anugerah yang lebih. Jadi, rendah hati bukanlah suatu sikap
lahiriah, melainkan satu jiwa yang selalu merasa puas dengan pemberian
Tuhan, juga melihat adanya kemungkinan untuk berjuang. Maka rumusan saya
untuk rendah hati adalah tidak pernah merasa puas untuk sesuatu yang pernah
kita capai, melainkan terus menuntut. Apa yang dituntut? Yang dituntut ialah
kebenaran, bukan harta. Mengejar lebih banyak uang, menuntut untuk menjadi
lebih kaya, tidaklah salah, tetapi tuntutlah bagian yang sudah Tuhan
tetapkan bagimu, bukan merampas bagian yang sudah Tuhan berikan bagi orang
lain. Merebut milik orang lain adalah serakah, tapi berjuang untuk apa yang
Tuhan janjikan adalah sikap hidup yang benar.

Kita harus bisa memisahkan keduanya dengan jelas, untuk itu kita perlu
mengenali batasan-batasannya:

1. Kalau kekayaan kita peroleh dengan jalur yang benar, tentu tidak bisa
disebut serakah.

2. Kalau kekayaan yang kita simpan adalah hasil dari perjuangan atau
bijaksana kita, tentu tidak bisa disebut serakah.

3. Kalau kita menggunakan harta kita sejalan dengan prinsip Tuhan, dengan
pimpinan Roh Kudus, bukan dengan egois, itu juga tidak bisa disebut budak
harta.

Janganlah kita menjadi budak dosa, budak harta, budak nafsu diri kita
sendiri. Apa maksudnya? Jangan sampai hidup kita berantakan, karena kita tak
mampu mengendalikan nafsu, maka nafsulah yang akan mengendalikan kita.
Karena kita tak mampu mengendalikan uang, maka uanglah yang akan
mengendalikan kita. Karena kita tak mampu menguasai emosi, maka emosilah
yang menguasai kita. Karena kita tak mampu menguasai diri, maka diri yang
melawan kehendak Allah akan menguasai kita. Paulus berkata, "Aku senantiasa
menaklukkan tubuh, agar tubuh menjadi hamba bagiku." Begitu jugalah kita
mengelola uang kita. Tuhan memberikan uang pada kita untuk menguji kita,
bukan untuk kita nikmati semau kita. Sebelum kita mati, kita harus bisa
mengatur uang dengan baik.



Ada seorang yang kaya raya. Saat ia mati, ia mewariskan semua hartanya untuk
anak tunggalnya. Namun beberapa bulan kemudian, anak tunggalnya meninggal
dunia, orang bertanya-tanya untuk siapakah hartanya? Puji Tuhan, sebelum ia
mati, ia telah mengalokasikan sembilan puluh persen hartanya untuk pekerjaan
Tuhan, hanya sebagian kecil saja ia sisakan untuk masa tuanya. Maka waktu ia
meninggal dunia secara mendadak, orang memuji kebijaksanaannya, karena saat
uang masih di tangannya, ia menjadi tuan, bukan budak, atas uangnya.



Banyak orang mencari, bahkan berhasil mengumpulkan banyak uang dalam
hidupnya, tapi setelah ia mati, uangnya bukan saja tidak menjadi berkat
malah menjadi petaka bagi anak-anaknya. Mereka memperbutkan uangnya sampai
saling membunuh. Mungkin kau berkata: Aku mendapat banyak uang karena aku
hebat, pintar, sukses, giat berjuang. Semua itu benar, tapi tahukah kau
bahwa hidupmu hanya beberapa puluh tahun saja, dan uang bukan milikmu untuk
selama-lamanya? Kalau uangmu berlebihan, permisi tanya, dari mana kau
mendapatkannya? Dari hasil perjuanganmu atau dari hasil rampasanmu? Dari
keserakahan atau dari keringatmu sendiri? Dihadiahi orang atau apa?



Saya sering berpesan pada hamba-hamba Tuhan yang lebih muda dari saya:
Kalian harus bisa membedakan sumber keuanganmu, juga motivasi pemberinya.
Orang memberi uang karena ingin membeli kamu, menyuap kamu, memperalat kamu;
atau karena menghargai kamu, menghormati Tuhan atau untuk kau pakai dalam
pekerjaan Tuhan? Juga harus tahu ke mana uang itu kalian pakai, jangan
serakah, jangan kuatir, jangan merampas, jangan menginginkan milik orang
lain. Setelah kalian mendapatkan, jangan biarkan uang membelenggu diri
kalian, tetapi gunakanlah uang itu dengan baik. John Wesley pernah
berkhotbah, "Hai orang Kristen, carilah uang dengan giat. Amin? (Lalu jemaat
menjawab "Amin!"). Setelah mendapat banyak uang, simpanlah uangmu dengan
baik, jangan memboroskannya. Amin? (Jemaat menjawab "Amin!"). Setelah itu,
persembahkan sebanyak mungkin pada Tuhan. Amin?" Lalu suara "Amin" pun
menghilang. Semua orang saling berpandangan, tapi tak terdengar lagi kata
"Amin!"

Mengapa Tuhan memberi kita kekayaan lebih dari yang kita butuhkan? Jika kau
tidak hidup di dalam iman, tapi hidup di dalam kekuatiran, meski diberi
gunung emas sekalipun tetap tidak akan puas dengan apa yang kau miliki. Jika
Tuhan memberimu kecukupan dan kau bisa menggunakannya dengan baik, kau akan
menyaksikan bahwa Tuhan tak pernah meninggalkanmu.



Salah satu ujian Tuhan yang paling kejam adalah mengirim Elia ke rumah janda
di Sarfat. Janda itu sudah ditinggal mati oleh suaminya, sudah tak
berpengharapan, karena ia harus membesarkan seorang anak lagi. Padahal
miliknya hanya sisa sedikit tepung dan sedikit minyak, maka pikirnya: Aku
akan membuat roti untuk santapan terakhir kami, esok kami tinggal tunggu
mati bersama-sama (karena jaman itu adalah jaman kelaparan). Tapi Tuhan
mengirim Elia datang mengetuk pintu rumahnya.

"Kaukah janda itu?"

"Ya," jawabnya.

"Siapakah Bapak?"

"Aku adalah nabi Yehovah (Yahweh). Namaku Elia. Tuhan telah menggerakkan
hatiku dengan roh-Nya untuk tinggal di rumahmu."

Janda itu mungkin berkata dalam hatinya, "Oh Tuhan, apa Kau tidak salah?
Mengapa Kau tidak mengirimnya ke rumah orang kaya saja, malah mengirimnya ke
rumahku, seorang janda miskin, di jaman kelaparan ini? Belum lagi
perawakannya besar, kantong nasinya pasti besar juga." Tapi sanggupkah si
Janda menolaknya? Perkara itu sungguh tidak dapat kita pahami. Elia seorang
lelaki, dikirim ke rumah perempuan, janda lagi. Mungkin orang di sekitar
sana akan bergunjing: Apa-apa ini? Untuk apa dia menumpang di rumah seorang
janda? Untuk bermain seks atau apa? Memang cara Tuhan seringkali tidak bisa
kita pahami: Janda miskin itu disuruh menghidupi lelaki yang tubuhnya besar.
Dari manakah ia bisa mendapatkan makanan? Kalau saja mereka bertiga mati
kelaparan, orang tentu akan berpikir, "Tuhan mengirim hamba-Nya untuk
membunuh mereka." Tapi janda itu begitu taat, dia mendahulukan pekerjaan
Tuhan. Dan ini adalah pelajaran yang penting.



Tuhan sudah mengirimnya, maka janda itu menyuruh Elia masuk dan menunjukkan
kamarnya, lalu pergi menyediakan makan baginya. Saat ia di dapur, ia bisa
saja mengutuk Tuhan, "Mana mata-Mu, makanan apa yang ada di dapurku?" Tapi
janda itu tidak berbuat demikian. Setelah ia memanggang roti, ia
menyuguhkannya pada Elia. Lalu kembali ke dapur untuk menangis di sana,
karena ia dan anaknya tinggal menunggu mati kelaparan. Tetapi begitu sampai
di dapur, ia melihat tepungnya seperti tidak berkurang, masih sebanyak tadi.
Kalau saja ia tidak membuatkan roti untuk Elia hari itu, ia dan anaknya
pasti mati. Justru karena ia memberikannya pada Elia, Tuhan memberinya lagi.
Ia bahkan bisa membuat roti bagi dirinya dan anaknya. Tepung dan minyak yang
ia miliki tetap sebanyak itu.



Orang bertanya pada saya, "KKR tahun 2003 ini diadakan di Stadion Utama? Ini
jaman apa, mengapa kau berani merencanakan KKR di Indonesia dengan biaya
sebesar itu? Dari mana kita mendapatkan dana?" "Saya juga tidak tahu," jawab
saya, "Saya hanya tahu berjanji dengan iman, GRII pusat paling sedikit
memberikan lima ratus juta rupiah." "Apa jadinya kalau dana tidak cukup?"
"Saya hanya tahu itu adalah perintah Tuhan. Saya harus ingat dulu, perkara
yang Tuhan ingin kita kerjakan, nanti Tuhan akan menyediakan." Ada orang
juga bertanya, "Anda ingin membangun gereja besar, dari mana dananya?" "Saya
juga tidak tahu. Yang saya tahu, di Jakarta ada begitu banyak bangunan
raksasa untuk pekerjaan dunia, mengapa kita tidak bisa membangun bangunan
untuk pekerjaan Allah Bapa kita di surga? Biarpun mungkin memakan waktu yang
cukup lama, tapi harus kita kerjakan. Kiranya kehendak Tuhan saja yang
jadi."



Orang dunia berani melakukan perkara-perkara besar untuk dunia, jika anak
Tuhan tidak berani melakukan perkara-perkara besar untuk Tuhan, tidak mau
betul-betul berjuang bagi pekerjaan Tuhan, masih beranikah ia menyebut
dirinya mengasihi Tuhan? Begitu banyak uang yang telah kau pakai untuk
keluargamu, mengapa kau tidak berani mempersembahkan sesuatu untuk pekerjaan
Tuhan? Pada hari ketika janda itu memberikan jatah makanannya yang terakhir,
pada hari itu pula Tuhan melakukan mujizat. Selama tiga setengah tahun, ia
tak pernah kekurangan makanan.



Jangan serakah, jangan kuatir, jangan takut, jangan berpikir Tuhan sudah
meninggalkanmu, karena Tuhan sudah berjanji, "I will never forsake you, I
will never leave you - Aku akan selalu memeliharamu." Itulah sebabnya jangan
kita terus-menerus menjadi budak uang. Berkatalah pada Tuhan dengan iman:
"Aku percaya pada-Mu, Tuhan yang hidup." Amin.



Sumber: Majalah MOMENTUM No. 53 - Januari 2004

tentang awasi ajaranmu

AWASILAH DIRIMU DAN AWASILAH AJARANMU

Pdt. Mangapul Sagala

"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam
semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan
dirimu dan semua orang yang mendengarkan engkau" (1Tim.4: 16).

Pengantar

Tema tersebut di atas telah ditetapkan oleh Perkantas untuk menjadi
tema hari ulang tahun ke-30 ini. Seingat saya, sebenarnya, selain dari
tema tersebut di atas, ada dua tema lain yang diusulkan dalam Rapat
Kerja Nasional (Rakernas) pada bulan November 2000 lalu. Namun,
setelah melalui pergumulan dan diskusi yang hangat ketika itu,
akhirnya tema tersebut di atas disepakati untuk menjadi tema perayaan
HUT ke-30 ini. Apa yang melatarbelakangi pemilihan tema tersebut? Hal
apakah yang dapat kita pelajari dari tema tersebut, sehingga dia layak
dijadikan tema pada perayaan khusus ini? Hal itulah yang akan kita
bahas dalam artikel ini.

Penggalian

Sebenarnya, ada beberapa hal penting yang menarik untuk dipelajari
dari tema tersebut di atas. Pertama, perintah ini diberikan oleh rasul
Paulus kepada anak rohaninya Timotius pada abad pertama. Ini berarti
bahwa usia perintah ini sudah sangat lama, 20 abad. Karena itu,
mungkin ada yang berkata bahwa karena ini diperintahkan pada abad
pertama, maka tidak lagi relevan dengan pergumulan gereja masa kini.
Namun hal itu tidak benar. Karena pada kenyataannya, seruan tersebut
di atas merupakan seruan Alkitab sepanjang sejarah gereja, mulai dari
Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Sebagai contoh kita dapat
membaca peringatan nabi Musa terhadap penyembahan berhala dan ibadah
yang sesat (Ulangan 12: 29-13: 18). Dalam bagian ini Musa
memperingatkan adanya pengajar dan nabi-nabi yang menyesatkan. Karena
itu, nabi Musa memerintahkan: "Maka janganlah engkau mendengarkan
perkataan nabi atau pemimpi itu... Tuhan, Allahmu, harus kamu ikuti,
kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya..."
(Ul.13: 3-4). Kita juga mempelajari bahwa Nabi besar Yesaya dan
Yeremia juga berjuang melawan ajaran sesat. Kita dapat membaca seruan
Allah melalui nabi Yesaya untuk menentang pemimpin-pemimpin yang fasik
(Yes. 56:9 - 57: 5). Sangat menyedihkan melihat kenyataan tentang
keadaan pemimpin-pemimpin tersebut. Allah bersabda: "Sebab
pengawal-pengawal umatKu adalah orang-orang buta, mereka semua tidak
tahu apa-apa, mereka semua adalah anjing-anjing bisu, tidak tahu
menyalak... anjing-anjing pelahap yang tidak tahu
kenyang...masing-masing mengejar laba, tiada yang terkecuali" (Yes.56:
10-11). Demikian juga, kita dapat membaca dalam kitab Yeremia tentang
perilaku nabi-nabi yang menjijikkan (23: 9-40). Allah bersabda:
"Sungguh, baik nabi maupun imam berlaku fasik; di rumahKupun Aku
mendapati kejahatan mereka...Tetapi di kalangan para nabi Yerusalem
Aku melihat ada yang mengerikan: mereka berzinah dan berkelakuan tidak
jujur; mereka menguatkan hati orang-orang yang berbuat jahat, sehingga
tidak ada seorang pun yang bertobat dari kejahatannya; semuanya mereka
telah menjadi seperti Sodom bagiKu dan penduduknya seperti Gomora"
(Yer.23: 11, 14).

Selanjutnya, seruan yang sama untuk waspada dan menentang segala
penyesatan juga kita lihat dalam khotbah-khotbah Tuhan Yesus, serta
tulisan para rasul. Menarik sekali memperhatikan bahwa seruan untuk
waspada terhadap pengajar dan nabi-nabi palsu sering sekali muncul
dalam khotbah Tuhan Yesus, mulai di awal pelayananNya hingga di akhir
pelayanan-Nya. Sebagai contoh, kita membaca hal tersebut dalam
khotbah-Nya tentang akhir zaman. Tuhan Yesus malah menegaskan bahwa
salah satu tanda sebelum kedatangan-Nya yang kedua adalah adanya
roh-roh penyesat. Itulah sebabnya ketika murid-murid menanyakan tanda
kedatangan-Nya kelak, Dia memberi peringatan: "Waspadalah supaya
jangan ada orang yang menyesatkan kamu! (Mark.13:5). Peringatan
tersebut begitu serius, sehingga Tuhan Yesus perlu mengulanginya
berkali-kali -dengan menggunakan kata yang sama blepete- di ayat 9, 23
dan 33. Demikian juga, rasul Petrus menulis: "Mereka akan memasukkan
pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan
menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan
demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka sendiri" (2
Pet.2: 1).

Kedua, dari perintah ini kita melihat pentingnya kesatuan antara
kehidupan pelayan dan pengajaran. Di sini rasul Paulus menegaskan
bahwa kehidupan tidak boleh dipisahkan dari pengajaran. Perhatikan
kata "dirimu sendiri" (Yunani: heauton) yang berarti penegasan. Rasul
Paulus menegaskan bahwa Timotius perlu sekali memperhatikan dirinya
sendiri, bukan hanya memperhatikan diri orang lain, atau jemaat pada
umumnya. Barangkali ada yang bertanya: "Apakah mungkin seseorang
memiliki ajaran yang benar, tetapi tidak memiliki perilaku yang
benar"? Jawabnya, mungkin. Memang, seharusnya apa yang diketahui dalam
ajaran (doktrin) akan diwujudkan dalam perilaku. Namun pada
kenyataannya, tidak selamanya demikian. Itulah dosa (Yunani: hamartia)
yang berarti menyimpang dari sasaran. Karena itu, masalah dosa
seringkali bukan masalah ketidaktahuan, melainkan ketidakmampuan. Hal
ini yang disebutkan dengan manusia berada dalam perbudakan dosa: tahu
yang baik tetapi tidak mampu melakukannya. Tahu yang jahat, tetapi
tidak mampu menjauhkannya. Hal inilah yang dikritik oleh Allah secara
keras baik dalam Perjanjian Lama, sebagaimana telah kita lihat di atas
tadi. Hal ini juga yang dikritik oleh Tuhan Yesus dalam Perjanjian
Baru, di mana orang-orang Yahudi, Farisi, dan ahli Taurat mengetahui
banyak kebenaran, akan tetapi tidak melakukannya. Pertanyaan lain yang
dapat muncul adalah, apakah mungkin seseorang memiliki kehidupan yang
benar tapi tidak memiliki pengajaran yang benar? Jawabnya juga
mungkin. Hal ini yang sering saya sebut dengan sesat dalam
ketulusannya. Hal ini yang banyak dikritik oleh rasul Paulus dalam
surat-suratnya. Itulah sebabnya dalam suratnya kepada jemaat Galatia,
rasul Paulus berkata: "Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah
yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu
telah dilukiskan dengan terang di depanmu?" (Gal. 3: 1).

Ketiga, perintah ini diberikan oleh rasul Paulus menjelang akhir
hidupnya, di mana surat 1 dan 2 Timotius ditulis pada saat mendekati
kematiannya. Hal ini jelas ditulis pada 2 Tim.4: 6: "Mengenai diriku,
darahku sudah mulai dicurahkan, dan saat kematianku sudah dekat".
Dengan demikian, kita menyadari bahwa isi perintah ini sangat penting.
Karena biasanya orang menyampaikan hal-hal yang sangat penting --atau
terpenting-- pada akhir hidupnya. Selanjutnya, bila kita membaca surat
Galatia, yang merupakan surat pertama yang ditulis oleh rasul Paulus
(ditulis kira-kira tahun 49), maka hal ajaran ini juga yang menjadi
sorotan utama rasul Paulus. Sebagaimana dapat kita baca berikut ini:
"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh
kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu Injil
lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan
kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus" (Gal.1:
6-7). Bila kita memeriksa tulisan-tulisan Paulus lainnya kita dapat
melihat bahwa peringatan terhadap ajaran sesat mendapat sorotan utama.
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa di awal, di akhir serta
sepanjang pelayanan rasul Paulus, dia terus berjuang untuk melawan
kesesatan. Dia juga terus memperingatkan tim pelayanannya, termasuk
Timotius untuk "memelihara harta yang indah" (2Tim.1: 14). Kata
pelihara (Yunan: phulakson) adalah menjaga atau mengawasi. Tindakan
ini menggambarkan pengawal penjara mengawasi para narapidana agar
tidak melakukan pengrusakan atau melarikan diri.

Demikian juga, Timotius harus mengawasi dan menjaga kebenaran agar
tidak dirusakkan atau dirampas oleh pengajar-pengajar sesat. Dan dalam
ayat tersebut di atas, kata yang digunakan adalah kata "epekhe"
(present, aktif, imperatif). Ini berarti rasul Paulus memerintahkan
untuk terus-menerus mengawasi atau memperhatikan hidup dan doktrinnya.
Tidak cukup hanya satu minggu, satu bulan, atau satu tahun dia
mengawasi kualitas hidup dan ajarannya, tetapi terus menerus. Seumur
hidupnya. Hal itu semakin jelas dengan perintah berikutnya:
"bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian,
engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar
engkau" (1Tim.4: 16).

Penerapan

Setelah mencoba menggali ayat penting tersebut di atas, maka marilah
kita mencoba mencari penerapan penting dalam hidup dan pelayanan kita.
Dengan demikian, tema HUT ke-30 yang kita persiapkan secara khusus
tidak sekedar slogan kosong, tanpa makna.

Pertama, sebagai mana telah diserukan rasul Paulus kepada Timotius dan
kepada jemaat lainnya, marilah dengan sungguh-sungguh menyadari betapa
bahayanya penyesatan itu, baik penyesatan dalam perilaku, maupun
penyesatan dalam pengajaran.

Dengan demikian, kita senantiasa menghayati dan semakin menghayati
seruan tersebut dalam kehidupan kita.

Kedua, dengan adanya penghayatan tersebut di atas, marilah kita
memeriksa diri kita di bawah pertolongan Roh Kudus. Kiranya Roh dan
firmanNya menolong kita untuk memeriksa kualitas diri dan kerohanian
kita. Setelah sekian lama kita mengaku Kristen dan menerima Tuhan
Yesus sebagai Juruselamat kita, sejauh mana kelakuan kita makin serupa
dengan-Nya. Bukankah hal menjadi serupa dengan Dia, merupakan ambisi
suci dari setiap anak-anak tebusan-Nya? Hal itu jugalah yang menjadi
ambisi rasul Paulus ketika dia mengatakan: "Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia…" (Fil.3: 10).
Jika demikian, sejauh mana visi, ambisi, hidup kita semakin sesuai
dengan firman-Nya? Sebagai anak-anak Tuhan, apakah saat ini yang
sedang memenuhi pikiran dan hati kita? Materi? Kekuasaan? Popularitas
hidup? Atau kenikmatan hidup? Bagaimanakah kita mengelola keluarga,
studi, karier kita? Apakah semua itu dikerjakan untuk memuaskan
hati-Nya, atau sekedar memuaskan ambisi daging kita? Sebagai
hamba-hamba Tuhan, sejauh mana hati nurani semakin dimurnikan
oleh-Nya? Apakah kita memiliki motivasi yang benar dalam melayani?

Barangkali kita sedih dengan melihat kenyataan di sekitar kita bahwa
ada pelayan-pelayan yang mengerjakan pelayanannya bukan dengan hati
seorang pelayan, yang mengerjakan pelayanannya dengan
motivasi-motivasi yang salah seperti mau mencari uang, kedudukan dan
popularitas. Kita tentu sangat sedih ketika mendengar adanya
pelayan-pelayan yang menentukan pelayanan berdasarkan kelengkapan
fasilitas. Kita juga tentu sangat sedih bila ada pengkhotbah dan
pelayan yang berani menentukan honor terendahnya setiap kali diundang
untuk berkhotbah. Bila hal itu dapat terjadi kepada mereka, tentu
dapat juga terjadi kepada kita. Dengan demikian, seruan rasul Paulus
di atas menjadi sangat relevan untuk direnungkan. Bila ternyata sikap
hati, pikiran, motivasi dan ambisi kita dalam pelayanan tidak lagi
semakin terfokus kepada kebenaran firmanNya, biarlah kita dengan
rendah hati terbuka memohon pertolongan Roh Tuhan untuk mengubah kita
dengan segera. Dengan demikian, 'benih' kesalahan itu tidak sempat
dibiarkan semakin bertumbuh dan susah untuk dipotong. Firman Tuhan
selalu mengingatkan kita agar bertindak tegas terhadap dosa. Hal
itulah yang harus kita lakukan.

Kita juga harus memeriksa pengajaran kita. Karena itu, sebagai jemaat
kita harus waspada terhadap segala pengajaran yang menyesatkan. Hal
ini telah panjang lebar dibahas dalam majalah DIA Edisi 1/2001 ketika
membahas tema Bidat. Sebagai contoh di sana kita menyebutkan adanya
pendeta yang telah menyelewengkan fungsi perjamuan kudus menjadi
sarana penyembuhan. Dengan demikian, menyerongkan iman jemaat dari
Kristus yang menderita dan mati bagi dosa-dosanya, kepada diri sendiri
dengan penyakit-penyakit tertentu yang sedang diidap. Selanjutnya,
sebagai hamba Tuhan (Staf) kita harus terus menerus meningkatkan
semangat belajar kita, baik secara formal dan informal (studi
pribadi). Tidak cukup kita menyadari (dalam hati dan pikiran)
pentingnya pengajaran yang benar. Tetapi hal itu harus kita wujudkan
dalam tindakan melalui adanya sikap yang benar dalam belajar. Hal itu
harus menjadi nyata dalam ketegasan kita untuk menyisihkan waktu satu
dua hari seminggu untuk belajar secara khusus. Hal itu juga harus kita
buktikan dengan penggunaan uang kita yang berani dan rela membeli
buku-buku yang bermutu.

Ketiga, sebagaimana rasul Paulus, kita juga harus terus-menerus
memerangi ajaran yang tidak benar yang terjadi di sekitar kita. Jadi,
tidak cukup kita hanya memiliki kebenaran bagi diri sendiri, dan
membiarkan orang lain dalam pengajarannya yang salah. Marilah kita
kembali semakin sungguh-sungguh menghayati dan mentaati seruan Paulus
berikut: "Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh2
kepada mereka di hadapan Allah, agar mereka jangan bersilat kata
(2Tim.2: 14). Bahkan bila perlu, demi untuk tidak membingungkan jemaat
akan apa dan siapa yang kita maksud, kita harus memberanikan diri
untuk menyebut contoh ajaran tertentu dan nama pengkhotbah tertentu.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh rasul Paulus ketika dia
mengatakan: "Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di
antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus (2Tim.2: 17). Selanjutnya
kita juga dapat membaca tentang Alexander, si tukang tembaga itu, yang
telah banyak berbuat kejahatan 2Tim.4: 14).

Lalu apa yang telah kita lakukan terhadap pengajaran yang aneh-aneh
belakangan ini? Seperti adanya "minyak urapan", "perjamuan kudus pakai
darah", "kepenuhan Roh Kudus yang ditandai dengan bahasa lidah,
tertawa tidak hentinya sambil berguling-guling, juga sambil
mengeluarkan suara2 binatang", "debu emas sebagai tanda dipenuhi Roh
Kudus", "penginjilan terhadap roh orang mati", dan lain sejenisnya.
Lalu apa yang kita lakukan ketika seorang berkata: "Saya sudah bolak
balik naik ke Sorga", "Roh Kudus tadi mengatakan kepadaku bahwa ada
satu orang dari pemirsa TV yang sakit kerongkongan", dan lain
sejenisnya. Apakah kita cukup menyatakan ketidak setujuan kita? Atau
tidakkah kita perlu mengadakan seminar untuk menjelaskan hal-hal
penting dengan mengundang sebanyak-banyaknya jemaat? Atau tidakkah
kita harus lebih berani bersusah-susah untuk menulis dan menerbitkan
buku buku untuk mengabarkan kebenaran yang sesungguhnya serta
sekaligus meng-counter semua ajaran-ajaran yang tidak beres tersebut?

Sesungguhnya, hal itulah yang dikerjakan rasul Paulus. Dia berkeliling
ke seluruh 'dunia' untuk mengajar dan menguatkan jemaat-jemaat. Tidak
hanya berhenti di sana, dia juga 'menulis dan menerbitkan' buku-buku.
Apakah kita tidak terkagum-kagum melihat keteladanannya yang
sedemikian hebat? Marilah kita renungkan kenyataan ini: dari 27 kitab
Perjanjian Baru 13 kitab merupakan tulisan rasul Paulus! Bagi saya
itulah kenyataan cinta kasih kepada Allah. Itulah respon yang benar
dalam menjawab kasih dan anugerah Allah dalam hidupnya. Yang paling
penting bukan pernyataan yang dia berikan bahwa dia misalnya
bolak-balik masuk Sorga, tetapi kenyataan yang dia lakukan bahwa
seluruh hidupnya diwarnai oleh penyerahan yang benar kepada-Nya.

Mungkin ada yang berkata: "Wah melakukan hal itu sungguh membutuhkan
penyerahan yang sungguh-sungguh. Juga memerlukan pengorbanan dan
keberanian yang tidak kecil. Untuk melakukan hal itu, dibutuhkan dana
yang cukup besar dan sebenarnya sangat besar…" Benar. Tapi itulah arti
dari sebuah penyerahan. Sebuah penyerahan yang benar, menuntut harga
yang besar. Dengan perkataan lain, ada harga yang harus dibayar. Harga
itu mungkin pikiran, uang, diri dan… nyawa kita. Karena itulah saya
sering menyerukan bahwa dalam pelayanan kita di Perkantas, dibutuhkan
kualitas dan kuantitas 3D: Diri, Doa dan Dana. Tetapi dengan rela
membayar harga sedemikian, kita akan mendapatkan 'upah' yang kekal.
Sebagaimana rasul Paulus tegaskan:

"Dengan berbuat demikian, engkau akan menyelamatkan dirimu, dan semua
orang yang mendengar engkau" (1Tim.4: 16).

Kita bersyukur kepada Allah, dengan sejarah pelayanan Perkantas yang
ke-30, Dia telah melakukan banyak perkara di dalam dan melalui banyak
orang dengan 3D tersebut di atas. Kiranya Allah semakin mengaruniakan
hal itu lagi kepada kita, demi kemuliaan nama-Nya dan demi
kesejahteraan umat-Nya.

From: www.mangapulsagala.com