Selasa, 13 November 2007

Etika

Sharing Buku : Etika Kristen

Pilihan dan Isu
Norman L. Geisler

Di dalam kehidupan kita banyak menjumpai persoalan-persoalan etika. Kalau persoalan itu jelas benar atau salah, kita dengan mudah dapat membuat keputusan. Tetapi kalau keputusan menyangkut banyak hal yang rumit dan semua pilihan mempunyai resiko etis, maka kita pasti kebingungan bagaimana mengambil keputusan. Contoh klasik adalah: bagaimana dengan berbohong untuk kebaikan; Berbohong untuk menyelamatkan nyawa banyak orang; Aborsi untuk menyelamatkan nyawa ibu; Membunuh pada saat perang?

Dengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.

Bab 1 Pilihan-pilihan yang Ada
Bab 1 membahas tentang pilihan-pilihan yang ada.
Di bab ini dijelaskan tentang banyak definisi umum mengenai etika:
1. Keadilan adalah demi kepentingan kelompok yang lebih kuat.
2. Moral adalah adat istiadat, apa yang secara moral benar adalah apa yang dikatakan masyarakat sebagai yang benar.
3. Manusia adalah tolak ukur segala sesuatu.
4. Umat manusia merupakan dasar kebenaran.
5. Kebenaran adalah keseimbangan.
6. Kebenaran adalah apa yang membawa kenikmatan.
7. Kebenaran adalah kebaikan yang terbesar bagi orang banyak.
8. Kebenaran adalah apa yang dikehendaki untuk kebaikannya sendiri.
9. Kebenaran tidak dapat ditentukan.
10. Kebaikan adalah apa yang dikehendaki Allah.

Pandangan Kristen mengenai etika:
1. Etika Kristen berdasarkan kehendak Allah.
2. Etika Kristen bersifat mutlak.
3. Etika Kristen berdasarkan wahyu Allah.
4. Etika Kristen bersifat menentukan.
5. Etika Kristen itu Deontologis.

Pada umumnya, sistem-sistem etika masuk ke dalam 2 kategori: non-absolutisme dan absolutisme. Dalam kategori non-absolutisme, ada antinomianisme (bab 2), situasionisme (bab 3), dan generalisme (bab 4). Untuk kategori absolutisme, ada absolutisme total (bab 5), absolutisme konflik/bertentangan (bab 6), dan absolutisme bertingkat (bab 7).

Bab 2 Antiniomianisme
Antinomianisme berarti tidak ada hukum moral yang mengikat, segala sesuatu itu bersifat relatif.
Di sini dijelaskan antonimianisme dalam dunia kuno, abad pertengahan, dunia modern dan sekarang. Bab ini menjelaskan keyakinan, kontribusi positif dan kritik terhadap antinomianisme.

Bab 3 Situasionisme
Situasionisme mengklaim berpihak pada satu norma yang tidak bisa dipatahkan. Norma itu adalah hukum kasih. Posisinya bukan relativisme tanpa hukum yang berkata tidak ada hukum apapun, demikian pula bukan absolutisme total yang mempunyai hukum untuk segala sesuatu.
Bab ini menjelaskan mengenai situasionisme, berikut kekurangan dan manfaatnya.

Bab 4 Generalisme
Penganut generalisme percaya pada nilai dari hukum-hukum etis untuk membantu individu-individu menentukan tindakan yang mana yang mungkin membawa kebaikan terbesar untuk jumlah terbanyak dari manusia. Mereka bukanlah orang-orang absolutis, karena mereka biasanya menolak bahwa secara universal ada norma-norma etis yang mengikat, yang mewakili nilai-nilai intrinsik.
Penganut generalisme banyak dari kaum utilitarian. Bab ini menjelaskan mengenai utilitarian kuantitatif, utilitarian kualitatif, peraturan-peraturan umum dan ketaatan universal, menyatakan tidak ada peraturan-peraturan umum yang harus dilanggar. Disajikan pula evaluasi terhadap generalisme.

Bab 5 Absolutisme Total
Alasan dasar dari absolutisme total adalah bahwa seluruh konflik moral itu hanya kelihatannya saja konflik, tetapi sebenarnya tidak konflik. Dosa selalu dapat dihindarkan. Ada hukum-hukum moral yang mutlak, tidak ada pengecualian-pengecualian.
Bab ini menjelaskan absolutisme total Santo Augustine, absolutisme total Kant, absolutisme total John Murray, providensia Allah. Kemudian dijelaskan akan aspek-aspek positif maupun negatif dari absolutisme total.

Bab 6 Absolutisme Konflik
Asumsi pokok dari sikap etis absolutisme konflik adalah bahwa kita hidup di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, dan dalam dunia seperti itu konflik-konflik moral yang nyata memang terjadi. Tetapi dasar pikiran yang menyertai adalah bahwa ketika dua kewajiban bertentangan (menjadi konflik), secara moral manusia bertanggung jawab terhadap keduanya. Dalam kasus-kasus seperti itu, seseorang harus benar-benar melakukan yang kurang jahat, mengakui dosanya, dan memohon pengampunan Allah.
Bab ini menjelaskan latar belakang sejarah, prinsip dasar, kontribusi positif, dan kritik dari absolutisme konflik.

Bab 7 Absolutisme Bertingkat
Absolutisme bertingkat melihat ada suatu hirarki dari kebaikan, bahwa kewajiban-kewajiban moral kadang bertentangan, dan bahwa kita tidak bersalah karena menaati kewajiban yang lebih tinggi.
Bab ini menjelaskan unsur-unsur dasar, uraian, keberatan, dan nilai dari absolutisme bertingkat.

Bab 8 Aborsi
Sekarang kita beralih dari pilihan-pilihan etis kepada masalah-masalah etis. Dari semua masalah moral, masalah yang paling mendesak adalah masalah-masalah yang melibatkan kehidupan dan kematian. Dan dari masalah tentang kehidupan dan kematian tersebut, satu yang berhubungan dengan kehidupan adalah masalah aborsi. Kita akan menyelidiki kapan, sekiranya mungkin, kita dibenarkan mengakhiri satu kehidupan yang ada dalam kandungan.
Ada 3 sikap dasar mengenai aborsi yang berpusat pada status janin:
a. Mereka yang percaya bahwa janin hanyalah bagian tubuh manusia, lebih cenderung memperbolehkan aborsi sesuai permintaan.
b. Mereka yang berpendapat bahwa janin itu benar-benar manusia, menentang aborsi.
c. Mereka yang berpendapat bahwa janin itu berpotensi menjadi manusia, cenderung mendukung aborsi dalam situasi tertentu saja.

Bab ini menjelaskan argumentasi Alkitab dan evaluasi mengenai 3 sikap dasar di atas.

Bab 9 Euthanasia
Apa yang harus kita lakukan terhadap seseorang yang tidak memiliki harapan, dimana ia terjebak di dalam sebuah pesawat terbang yang terbakar, yang memohon agar dia ditembak?
Atau ada orang mempunyai penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan dia dipertahankan untuk tetap hidup hanya dengan mesin. Jika sambungan pipanya dicabut dia hanya seperti tumbuh-tumbuhan.
Situasi seperti ini dan banyak situasi yang serupa memfokuskan masalah etis yang tidak dapat dipisahkan dengan euthanasia. Kapan, apabila memang akan dilakukan, "membunuh berdasarkan belas kasihan" dibenarkan secara moral?
Bab ini menjelaskan euthanasia aktif (mencabut kehidupan untuk menghindari penderitaan), berikut evaluasinya. Disusul kemudian dengan euthanasia pasif yang tidak wajar dan wajar, kemudian evaluasinya.

Bab 10 Isu-isu Biomedis
Teknologi telah menciptakan masalah-masalah etis yang baru. Inseminasi buatan, bayi tabung, ibu yang dipinjam kandungan dan tubuhnya, transplantasi organ, pengambilan organ, penyambungan gen dan kloning, semuanya merupakan realitas-realitas medis. Tidak ada lagi pertanyaan apakah hal-hal tersebut dapat dilakukan, hanya ada pertanyaan, yaitu: Apakah hal-hal itu harus dilakukan?
Bab ini menjelaskan perspektif humanis sekuler dan evaluasinya, dilanjutkan dengan penjelasan perspektif Kristen mengenai etika-etika biomedis dan evaluasinya.

Bab 11 Hukuman Mati
Ada 3 pandangan dasar mengenai hukuman mati:
a. Rekonstruksionisme, yang menuntut hukuman mati untuk semua kejahatan-kejahatan serius.
b. Rehabilitasionisme, yang tidak akan mengijinkan hukuman mati untuk kejahatan apapun juga.
c. Retribusionisme, yang menganjurkan kematian untuk beberapa kejahatan-kejahatan besar.

Bab ini membahas argumentasi Alkitab dan evaluasi terhadap ketiga pandangan ini.

Bab 12 Perang
Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap perang? Apakah dibenarkan mengambil nyawa orang lain atas perintah pemerintah? Apakah ada dasar alkitabiah bila ikut serta dalam peperangan?
Secara mendasar, pandangan-pandangan yang berkaitan dengan mengambil nyawa orang dalam perang ada dalam 3 kategori:
a. Aktivisme, yang berpendapat bahwa orang Kristen harus berpartisipasi dalam perang apapun juga yang dihadapi oleh pemerintahnya, karena pemerintahan dilantik oleh Allah.
b. Pasifisme, yang berpendapat bahwa orang-orang Kristen tidak boleh berpartisipasi dalam perang sampai pada poin membunuh orang lain, karena Allah telah memerintahkan agar manusia tidak boleh mengambil nyawa orang lain.
c. Selektivisme, yang memperdebatkan bahwa orang-orang Kristen harus berpartisipasi dalam beberapa perang tertentu (maksudnya benar-benar perang).

Bab ini membahas argumentasi Alkitab dan evaluasi mengenai ketiga kategori di atas.

Bab 13 Ketidaktaatan terhadap Pemerintah
Apakah orang Kristen boleh, pada situasi tertentu, tidak mentaati pemerintah? Jika ya, kapan? Jika tidak, mengapa tidak? Apakah benar memberontak terhadap pemerintahan yang tidak adil atau membunuh seorang pemimpin yang kejam?
Ada 3 posisi dasar mengenai ketidaktaatan terhadap pemerintah:
a. Anarkis, berpendapat selalu benar untuk tidak taat terhadap pemerintah.
b. Radikal patriotisme, tidak pernah benar untuk tidak taat terhadap pemerintah.
c. Submisionisme alkitabiah, kadangkala benar untuk tidak taat terhadap pemerintah.

Karena pandangan yang pertama (a) meniadakan pembenaran Kristen manapun juga, perhatian kita akan terfokus pada dua pandangan terakhir.
Selain dukungan Alkitab dan evaluasi mengenai 2 pandangan terakhir, bab ini juga menjelaskan mengenai revolusi (pemberontakan terakhir melawan pemerintah), bagaimana menghadapi penindasan, dan satu evaluasi tentang pandangan yang menolak pemberontakan.

Bab 14 Homoseksualitas
Sementara sebagian besar orang Kristen sangat menentang praktek-praktek homoseksual, beberapa orang membela mereka dengan argumentasi-argumentasi alkitabiah maupun yang bukan alkitabiah.
Kedua macam dukungan tersebut akan diselidiki dan dievaluasi di sini.

Bab 15 Pernikahan dan Perceraian
Pernikahan adalah unit masyarakat yang paling dasar dan berpengaruh di dunia. Adalah sulit untuk menaksir terlalu tinggi pentingnya pernikahan, tetapi setiap tahun di Amerika Serikat perceraian terjadi kira-kira separuh dari pernikahan yang ada. Mengingat hal ini, adalah perlu bagi kita untuk mempertimbangkan dasar alkitabiah bagi pernikahan dan perceraian.
Bab ini membahas pandangan Alkitab mengenai pernikahan, beberapa pandangan Kristen mengenai perceraian, dan evaluasi dari pandangan-pandangan Kristen mengenai perceraian.

Bab 16 Ekologi
Setiap tahun hutan tropis seluas Skotlandia dihancurkan di planet yang bernama Bumi. Mengacu pada penebangan hutan, sebanyak satu juta spesies tumbuhan dan hewan dapat punah di akhir abad ini.
Limbah-limbah kimia telah masuk ke dalam rantai makanan dan diketemukan di dalam lemak tubuh manusia.
Mengingat situasi ekologi yang membahayakan ini, bagaimanakah tanggung jawab etis orang Kristen terhadap lingkungan fisik di mana kita hidup? Apakah implikasi-implikasi moral dari polusi yang menghancurkan flora dan fauna? Adakah kebutuhan etis untuk menjaga air dan udara supaya tetap murni?
Di antara 2 ekstrim, yaitu paham materialis yang menghabiskan alam dan paham panteis yang memuja-muja alam, orang Kristen mempercayai penghargaan dan penggunaan sumber alam yang tepat.
Bab ini membahas pandangan materialistik mengenai lingkungan, pandangan panteistik mengenai lingkungan, dan pandangan Kristen mengenai lingkungan.


Judul asli: Christian Ethics: Options and Issues
Judul terjemahan: Etika Kristen: Pilihan dan Isu
Tebal buku: 409 halaman
Harga: Sekitar Rp50.000,-
Penerbit (Bahasa Indonesia):
Departemen Literatur SAAT
Jalan Arief Margono 18
Malang 65117
Telp. (0341) 325056, 366025
Norman L. Geisler adalah seorang profesor dalam bidang apologetika di Dallas Theological Seminary dan sekarang menjabat sebagai dekan dari The Liberty Center for Christian Scholarship di Liberty University.
Beliau telah menulis lebih dari 25 buku, termasuk Introduction to Philosphy, Philosophy of Religion, Christian Aplogetics dan Miracles dan Modern Thought. Beliau juga memperoleh gelar Ph.D dari Loyola University.